Minggu, 10 Mei 2009

Kekuatan Cinta

Kekuatan Cinta
Mawlana Syaikh Nazim Adil al Qubrusi al Haqqani
Mercy Oceans, Book Two,Endless Horizons
Towards the Divine Presence book 5

Kekuatan Cinta
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim al-Qubrusi 1984-1985
(Syaikh Nazhim k memimpin pertemuan dalam memanggil Nama Suci Allah ”Ya Waduud,” Nama Tuhan yang menekankan bahwa Allah Maha Mencintai).

Kemudian beliau berkata, Tidak ada makhluk yang dibenci oleh Allah. Sesungguhnya mustahil ada makhluk yang dibenci Allah namun tetap eksis di alam semesta, suatu hal yang saling bertolak belakang. Semua makhluk muncul melalui Cinta Ilahi-Nya. Dia mencintai mereka semua, kemudian mereka muncul; oleh sebab itu semua yang eksis di alam ini mempunyai bagian dari Cinta Ilahi-Nya.

Ketika Saya mengucapkan “semuanya”, yang Saya maksud adalah semua mulai dari atom dan komponennya—penyusun alam semesta yang terkecil—sampai ummat manusia. Ya, segalanya, bahkan partikel benda yang terkecil, dapat membawa Anugerah Ilahi itu. Sebagaimana yang kalian ketahui, elektron dari atom berputar mengelilingi inti atom, dengan kecepatan yang tinggi. Seseorang memberitahu Saya bahwa saintis terkenal, Albert Einstein pernah berkata, “Aku telah sampai pada pemahaman terhadap banyak hal, tetapi Aku tidak bisa mengerti kekuatan apa yang memberi energi kepada elektron untuk mengorbit intinya dengan kecepatan seperti itu. Dari mana mereka mendapat kekuatan semacam itu?” Kita percaya dan lebih jauh lagi, telah diberi keyakinan, bahwa segala yang eksis dan mempunyai kehidupan adalah hidup. Untuk pengenalan sehari-hari, kita mengklasifikasikan benda-benda tertentu, seperti batu, sebagai benda yang tidak bergerak, dan mengenal kehidupan hanya pada tanaman, binatang dan manusia. Tetapi kita yakin bahwa di luar pengelompokkan ini, setiap benda mempunyai kehidupan. Oleh sebab itu atom dan elektronnya yang mengelilingi inti atom dengan kecepatan tertentu yang bahkan membuat bingung Tuan Einstein yang terkenal itu, dalam realitasnya mereka semua hidup. Mereka hidup dengan Kekuatan Cinta Ilahi yang telah diberikan oleh Tuhan mereka. Itulah yang membuat mereka berputar dengan kecepatan cahaya.

Mereka yang mempunyai akses memasuki bidang pengetahuan di luar sains bisa mengatakan dengan yakin bahwa Allah, Tuhan alam semesta, melalui Nama-Nya yang suci, “Al-Waduud” (Yang Maha Mencintai) memberikan Cinta Ilahi-Nya kepada seluruh penghuni alam semesta. Elektron itu, mabuk dengan Cinta Ilahi sehingga berputar mengelilingi intinya. Itulah pengaruh dari Cinta Ilahi yang termanifestasi dalam diri mereka. Ilmu pengetahuan tidak bisa membuktikan maupun menyangkal penjelasan ini, karena fenomena ini berada di luar jangkauannya, dan mereka tidak bisa menawarkan lebih dari sekedar teori. Tetapi hati kita dapat diisi dengan penjelasan ini, sebagaimana masing-masing dari kita bisa mencobanya sendiri terhadap diri masing-masing, karena kita semua mempunyai kekuatan dari Cinta Ilahi dalam hati kita yang siap untuk dikontak.

Tidak ada satu kata dalam bahasa Barat yang bisa memberikan arti lengkap kepada “Al-Waduud”. Penjelasan yang bisa diberikan belum cukup memuaskan walaupun orang barat mengaku bahwa pengetahuannya superior dan mereka meremehkan setiap pengalaman religius. Dan Nama Suci ini, yang artinya tidak bisa di ekspresikan dengan memuaskan dalam bahasa barat yang maju, adalah “dzikir” yang paling cocok di antara semua Nama Ilahi untuk diucapkan berulang-ulang dalam meditasi oleh orang-orang yang melihat dirinya sebagai makhluk superior dan melebihi standard yang normal.
“Cinta,” sudah tentu itu bukan merupakan suatu konsep yang dikenal baik oleh budaya barat, dan tidak diragukan lagi sebagian orang mengaku bahwa cinta adalah aspek terpenting dalam hidup mereka, tentu saja yang paling penting. Tetapi cinta yang kita maksud sehubungan dengan Nama Ilahi “al-Wadud” bukan cinta fisik yang bersifat sementara dan dengan cepat menjadi satu-satunya arti cinta yang berlaku bagi manusia modern, cinta yang dapat ditemukan di kebun binatang. Jika kalian tidak bisa membayangkan cinta lain dari apa yang ada di tingkat binatang, berarti kalian termasuk penghuni kebun binatang.

Ada cinta sejati, cinta yang tidak pernah berubah dan tidak pernah sekarat, sementara itu ada pula cinta yang bersifat sementara, itulah cinta binatang. Keduanya ada pada manusia dengan kebijaksanaan sang Pencipta, tetapi cinta yang permanen adalah cinta yang diberikan kepada manusia melalui Nama-Nya, “al-Waduud”. Untuk mengetahui bahwa cinta adalah tantangan dan pemenuhan bagi eksistensi manusia—untuk sampai pada kontak dengan Samudra Cinta itu, karena Dia telah memberi Cinta Ilahi-Nya kepada wakil-Nya yang paling dimuliakan, manusia. Kalian bisa mencintai seorang gadis karena usianya yang masih muda tetapi ketika masa mudanya hilang, kalian tidak mencintainya lagi. Itu adalah cinta yang palsu. Kadang-kadang kita mempunyai kedua cinta itu secara simultan, tetapi biasanya keinginan fisik lebih dominan daripada spiritual sehingga yang terakhir tidak bisa muncul. Tetapi untuk mencapai tujuan akhir manusia kita memerlukan cinta yang permanen, dan hanya Tuhan semesta alam yang dapat memberikannya.

Oleh sebab itu ketika kita mengucapkan “Ya Waduud,” berarti kita membuka diri terhadap Kecintaan Ilahi, memohon kepada Tuhan untuk membangkitkan cinta yang tidak mengenal batas itu, yang abadi dan mencakup seluruh ciptaan-Nya. Saya telah diperintahkan untuk mengajarkan dan memberi nasihat kepada orang untuk mengucapkan Ya Wadud”, karena ini akan membuat orang yang tulus mendapat cinta sejati dari Tuhan mereka dan untuk mencintai segala yang berada di sekeliling mereka. Kita harus belajar mencintai segala sesuatu karena Allah I mempunyainya bagi seluruh ciptaannya. Dan kita harus mengucapkan do’a seperti itu, karena walaupun itu adalah kunci sukses dalam segala usaha penyucian diri, dia semakin langka di masa kita. Oleh sebab itu, penderitaan, gangguan, perjuangan hidup, krisis dan kekacauan selalu meningkat.

Apa yang terjadi pada cinta manusia dewasa ini sesungguhnya merupakan tangisan yang sangat jauh dari cinta manusia sejati. Kebanyakan orang terikat padanya selama dua atau tiga bulan kemudian membuangnya. Yang pria berkata, “Oh my goddess!”, dan yang wanita berkata “Oh my god!”, tetapi perhatikan sekali lagi apa yang terjadi pada mereka dua atau tiga bulan kemudian dan lihat apa yang tertinggal dari “do’a sejati” itu dan “emosi yang mendalam.” Itu adalah penyebab terbesar bagi keadaan yang menyedihkan sekarang ini. Untuk itulah Saya tidak merujuk abad ini sebagai abad yang beradab. Tetapi abad 21 menjadi saksi bagi hancurnya peradaban, setiap menit pelanggaran dan penderitaan bertambah. Suatu masyarakat disebut “beradab” bila dia menyediakan lingkungan di mana orang dapat dengan mudah memperluas cinta sejati mereka kepada setiap orang. Seseorang tidak boleh terlalu bangga menjadi bagian dari “Peradaban Abad 21” karena Saya tidak menganggap pelanggaran dan masyarakat yang sakit itu beradab, dan ketika Saya datang ke sini (London) Saya merasakan bulu kuduk saya berdiri. Begitu liar! Tidak ada rasa kekeluargaan! Setiap orang melihat orang lain dengan penuh curiga!

Karena situasi yang akut di masa kita, pertama dan terutama, kita harus mencari jalan untuk membangkitkan cinta sejati yang permanen. Latihan, do’a dan peraturan tidak berguna di saat ini tanpa cinta. Karena orang yang hatinya tidak mendapat hubungan dengan cinta seperti itu, akan mudah ditempeli ego yang akan melatih dan menggunakannya sebagai jalan untuk menyematkan titel kosong kepadanya. Tinggalkan semua praktek yang melayani kesombonganmu dan berjuanglah untuk cinta yang permanen.
Dari mana kita mulai? Setiap orang mempunyai lingkaran teman, kerabat, dan kenalan. Mulailah dari yang dekat dengan kita, istri, suami, orang tua, anak-anak, dan saudara, kita harus tulus dalam memberi cinta sejati kita. Bagaimana kita menganggap orang yang tidak bisa berdamai dengan orang yang terdekat dengannya sebagai orang yang beradab? Jika kita dapat mendekati level cinta permanen yang cocok bagi kita pengadilan dunia akan ditutup karena kurangnya kasus, tidak ada keluhan, tidak ada perceraian, tidak ada kesedihan, dan tidak ada pergelutan.

Memberikan cinta permanen kita adalah praktek yang paling penting di masa sekarang. Tidak ada yang dapat mengatakan, “Aku tidak perlu mempraktekkannya,” baik pembicara maupun para pendengar. Jangan katakan kepada Saya bahwa si anu berada pada level tertentu jika orang itu sangat ketat dalam memberikan cinta permanennya bahkan kepada orang-orang yang paling intim dengannya. Diri manusia yang terendah, ego yang egois, tidak pernah mau memberikan cinta permanen kecuali kepada dirinya sendiri. Saya tidak percaya bahwa mencintai diri sendiri itulah yang menjadi tujuan diciptakannya manusia. Saya percaya bahwa kita diciptakan untuk mencintai semua makhluk. Manusia merupakan perwakilan Tuhannya di bumi dan mempunyai reservoir Cinta Ilahi di dalam dirinya; dia dapat menjadi jalan untuk mengekspresikan Cinta Ilahi di dunia. Bahkan sesungguhnya dia merupakan sumber cinta di mana setiap makhluk dapat minum darinya.

Diringkas dari Mercy Oceans of the Heart (sebagian juga dicetak ulang di On the Bridge to Eternity)

Tidak ada komentar: