Minggu, 26 April 2009

Kedamaian di Dalam Rumah

Kedamaian di Dalam Rumah
Maulana Sulthanul Awliya’ Syaikh Muhammad Nazhim ‘Adil al-Haqqani
Senin, 19 November 2001, Lefke, Siprus Turki


Nabi saw telah menginformasikan bahwa di akhir zaman, orang-orang tidak lagi merasa nyaman dan damai bila berada di rumah-rumah mereka, sekalipun rumah itu seperti istana. Dan mereka mesti meninggalkannya, pergi keluar, ke jalan-jalan. Tetapi, mereka pun tidak mendapatkan kedamaian di sana, justru hal itu malah memperburuk masalah. Sebelumnya, ada banyak dergah, tekke, camis, dan misafirhanes (semacam pondok pesantren-red) dari 41 Thariqat, dan orang-orang dapat pergi ke sana. Saat ini, mereka pergi ke kedai kopi (coffee-shop, kahvehanes)… Jemaah Naqsybandi adalah berat, karena itu, mereka tidak datang. Di waktu lampau, manusia dapat dengan mudah menemukan kedamaian dan kebahagiaan untuk jiwa mereka. Tetapi mereka menjauhkan manusia dari ibadah dan penyembahan, dan karenanya jiwa manusia menjadi tidak tenang. Mereka pergi ke sinema dengan gembira, tetapi keluar dengan perasaan berat. Sedangkan di dergah, orang dilatih dan dididik. Mereka biasa menulis tulisan berikut ini di atas pintu, “Adab, Ya Hu!” (Perhatikan sikap dan sopan santun kalian). Saat ini, tak seorang pun menghormati orang lain selain dirinya, tetapi sekarang para malaikat akan memukul mereka! Ruh seorang mukmin diambil dengan mudah, Tetapi ruh orang yang tak beriman diambil dengan pelan dan menyakitkan.

Tinggal di dalam rumah berarti aman, pergi ke luar, di jalan berarti bahaya. Jangan berjalan-jalan untuk hal-hal yang tak perlu. Kalian dapat berada dalam kedamaian bahkan dengan banyak orang di dalam satu rumah. Fitnah dimulai dengan listrik. Jika setiap orang mau tinggal di rumah mereka, fitnah akan berkurang hingga setengahnya atau bahkan lebih berkurang lagi. Seorang mukmin menemukan kebahagiaan di dalam rumahnya. Tetapi Setan membawa manusia menuju kejatuhan--semoga kesultanan Setan akan hancur! Semua kafe yang ada sebenarnya hanyalah pemborosan--kafe-kafe itu menjadi sumber hasad (kecemburuan sosial dan iri). Sebelum kafe-kafe tersebut ditutup, orang tidak akan menemukan kedamaian dengan masuk ke dalamnya, pemborosan uang tidak akan berhenti, dan negara serta bangsa tidak akan bangkit lagi.

Ini penting untuk diketahui. Ya Muhauli hauli wa-l ahwal, hauli haalina ila ahsani hal! Fatihah

Tidak ada komentar: