Minggu, 26 April 2009

Karena Cinta

Karena Cinta
Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
Yuba City Mosque, USA
1 November -2003


[ Massa menyambut Shaykh Hisyam Kabbani dengan kalimat Allahu Akbar! dan Shalawat Nabi Ya Rasulullah!] As-salaam `alaykum wa rahmatullahi wa barakatuhu.

Saya merasa mendapat kehormatan berada disini menyampaikan ceramah yang mungkin bukan sesuatu yang baru, namun setidaknya dapat menyegarkan ingatan kita. Senang rasanya melihat seorang Rabbi, pendeta yahudi yang juga hadir disini dan masyarakat dari berbagai
agama. Kita selalu mencoba membangun jembatan agar dunia menjadi penuh dengan kedamaian. Segala sesuatu di dunia ini dibangun berdasarkan cinta. Jika tidak ada cinta, tidak ada apapun, karena segala yang hidup terjadi karena cinta. Saat manusia mencintai satu sama lain, maka akan ada buah dari cinta mereka.

Kebanyakan kalian disini adalah para petani. Kadang ketika saya membeli sebuah pohon, mereka meminta saya untuk membeli 2 buah. Katanya : "Anda butuh jantan dan betina, jika mereka tidak berdekatan, mereka tidak akan menghasilkan buah." Begitupun dengan hewan. Jika cinta menjadi poin utama di dunia ini, segala sesuatu pasti akan seimbang. Segala sesuatu di dunia ini berasal dari cinta. Untuk mencapai hidup yang seimbang, kalian harus punya cinta.

Umat Yahudi menyintai Musa as, mereka mengikuti ajarannya. Orang Kristen mencintai Yesus. Muslim mencintai Muhammad saw, dan mereka mengikutinya. Inilah keimanan kita. Karena cinta, kita membangun
komunitas-komunitas. Dengan cinta kita membangun diri dan kehidupan abadi di akhirat kita kelak. Tanpa cinta kita akan menjadi gelisah dan bingung. Tanpa cinta kita ciptakan peperangan, pertengkaran dan kriminalitas. Untuk apa tujuan kita hidup selama 60-70 tahun lalu meninggal? Allah swt tidak mengirim kita kedunia untuk tujuan berkelahi. Kita juga tidak akan membawa harta dunia apapun bersama kita kelak. Kalian hanya akan diletakkan di lubang kubur lalu ditutupnya dengan tanah.

Apa yang tertinggal setelah itu? Jika keluarga, teman, tetangga kalian menyayangi kalian semasa kalian hidup, maka mereka akan mendoakan. Jika mereka tidak suka maka mereka akan mencaci kalian. Cuma itu. Tidak ada jalan lain. Cuma ada dua cara hidup didunia ini : Jika kalian sayang pada mereka yang baik, kalian akan sukses. Jika kalian cinta pada cara-cara iblis, kalian akan kalah. Begitu juga para penganut agama ada yang baik dan buruk. Kita berharap mereka yang buruk suatu saat akan menuju kebaikan.

Allah swt berfirman, "Ya Ayyuhal alladheena aamanoo Ati`ullaha wa ati`ur-rasoola wa ulil-amri minkum" -" Patuhi Allah, Nabi dan mereka yang punya wewenang diantara kalian."( 4:59 )

Sebagai contoh, bila kalian tidak patuh pada polisi lalu lintas, apa jadinya kalau kalian parkir di tempat yang dilarang, maka kalian harus membayar tilang. Itulah yang dimaksud Allah swt, " Patuhi hukum negaramu, patuhi polisi dan patuhi ajaran Nabi, patuhi Aku."

Dia tidak mengatakan, " Abaikan semua orang." Karena bila di dunia ini kita mengabaikan hukum, kita akan masuk penjara. Negara dan Dunia menjadi kacau tanpa hukum, jadi kenapa kita mengabaikan Allah swt dan Nabi-Nya? "man yuti`i ar-Rasul faqad ata` Allaha" – Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. [4.80] Dan Nabi Muhammad saw mengatakan tentang tingkat ke
dua dari Islam, yaitu "an tu'minu billahi wa malaa'ikatihi wa kutubihi wa rasulihi wa bil yawm il-akhiri was bil-qadari khayrihi was sharrihi min Allah." Untuk beriman pada Tuhan, Malaikat - malaikat-Nya, Kitab-kitab suci-Nya, utusan-utusan Nya, Hari kiamat dan Takdir-Nya.

Karena untuk berhubungan dengan surgawi, merekapun disusun dalam urutan : Pertama percaya pada Tuhanmu, lalu malaikat-malaikat-Nya, lalu percaya pada kitab suci-Nya, dan seterusnya. Lihatlah tiap kata-kata percaya pada malaikat-malaikatNya disebut sebelum percaya pada utusan-utusan-Nya. Dia menjaga urutan, disiplin dan prinsip. Setelah malaikat-malaikat, Dia katakan Kitab-kitab-Nya (bukan satu kitab saja ) Artinya kitab Torah, Injil, Psalms David dan kitab suci lain yang datang sebelumnya. Dia jaga semuanya.

Maka kalian tidak boleh melompati urutan. Islam mengajarkan disiplin dengan cara yang indah. Mereka yang mengatakan bahwa tidak ada hirarki dalam Islam, hal itu karena mereka ingin langsung melompat
menjadi bos, pimpinan. Mereka mengikuti ideologi yang berkembang disekitar kita, sekte baru, agama baru yang dibuat oleh para teroris wahabi. Islam tidak mengajarkan kita agar menabrakkan pesawat kita pada gedung dan membunuh orang-orang. Itu bukan Islam, hal itu bahkan bukan perbuatan manusia, karena itu sangat tidak manusiawi.

Mereka merusak citra muslim dan Islam. Kini kita harus membela Islam! Kenapa saya harus membela Islam? Karena Islam membela saya. Sayyidina Muhammad saw membela saya. Saya tidak membela agamanya dan
sifat-sifatnya. Saat ini banyak orang-orang datang dan menyerang Nabi saw, lalu beberapa muslim membela beliau. Beliau tidak butuh pembela. Allah Yang akan membela beliau! Wallahu y`asimuka min an-naas... Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia [5:67]

Saat Nabi Muhammad saw membawa pesan agama Islam, saudara-saudara terdekatnya melawan beliau. Pamannya tidak percaya pada beliau. Namun beliau tetap diam. Selama 13 tahun di Mekah, Nabi tidak pernah
mengeluarkan pedangnya. Saat ini orang-orang berkata bahwa Islam adalah agama yang kasar, padahal Nabi saw tidak pernah mengeluarkan pedang kecuali untuk membela diri.

kaum kafir Quraisy mendatangi Nabi saw dan berkata," Akan kami berikan apapun yang kamu minta. Berhentilah menyebarkan Islam." Jawab Nabi saw, " Walaupun kalian letakkan bulan di tangan kiriku dan matahari di tangan kananku, aku tidak akan berhenti. Aku tidak mengejar posisi, uang atau ketenaran. Aku mengejar firman Allah semata." Ada banyak tempat di atas bumi ini. Pergilah ke samudra sana. Jangan berkelahi di atas daratan. Pergi ke lautan dan peranglah sesuka kalian sampai asin tubuh kalian! Jangan menghancurkan bumi dan merusak air tanah.

Saya akan bercerita tentang salah satu sahabat Nabi saw, Salman al-Farsi. Ayahnya adalah penganut Zoroaster. Beliau tinggal di Persia, sekarang disebut Iran. Umurnya panjang, mungkin 140 tahun, namun ada
yang mengatakan lebih. Saat itu beliau sedang mencari kebenaran. Beliau dibesarkan sesuai ajaran Zoroaster. Namun saat orang tuanya meninggal, beliau mulai menjelajah dari satu agama ke agama yang lain. Bukan berarti agama lain salah, namun beliau menginginkan sesuatu. Jika seseorang mencintai sesuatu, hatinya akan selalu terhubung dengannya. Salman bercerita tentang hal ini, pada sebuah hadist Nabi saw, disebutkan bahwa beliau saw meminta Salman al Farisi untuk menceritakan hal ini pada para sahabat.

Salman menuturkan," Aku sadar, bahwa hatiku belum merasakan kepuasan spiritual, maka akupun mencari sesuatu yang lebih. Pertama aku menemui seorang pendeta Yahudi. Kukatakan padanya, " Saya sedang mencari kebenaran." Jawab sang rabbi, " Anakku, kamu masih muda. Aku dapat mengajarimu." Aku ingin belajar pada dia, karena kulihat dia sangat alim, jujur dan terpelajar. Sang rabbi menerimaku dengan syarat bahwa aku harus menolong segala kebutuhannya, karena dia sudah lanjut usia.

Maka akupun hidup bersama orang itu, melayani dia dan dia mengajari aku. Aku bekerja untuknya. Saat dia akan meninggal, aku bertanya,"Kemana aku harus pergi bila engkau telah meninggal? Apa yang harus kulakukan? Jawabnya : "Tidak ada lagi ulama yang benar di negara ini. Sebagian telah korup, bayangkan 1500 tahun yang lalu saja sulit untuk mencari ulama yang tak korup, bagaimana dengan saat ini? Akan kukirim engkau ke Iraq, ada seorang temanku disana yang sangat alim dan jujur"

Kemudian aku menempuh jarak yang jauh menuju Iraq, butuh waktu berbulan-bulan, sampai aku menemukan orang yang dimaksud guruku. Dia menerima permintaanku untuk melayaninya. Dia mengajariku banyak hal. Saya mencintainya seperti saya mencintai ayah dan ibu saya. Dia berhati murni dan sangat baik.

Ketika tiba saat dia akan meninggal dunia, akupun menanyakan pada dia," Apa yang harus kulakukan ? " Jawab rabbi, " Pergilah ke Sham. Ada seorang beriman disana yang akan mengajarimu." Maka akupun pergi
menemuinya, belajar. Sampai kemudian waktunya dia juga meninggal dunia, aku tanyakan padanya," Apa yang harus kulakukan?" Jawabnya, " Aku tidak tahu guru-guru lain lagi. Namun menurut kitab-kitab yang aku punya, disebutkan tentang seorang Nabi yang akan datang. Beliau akan hidup diantara dua gunung hitam dan pepohonan kurma. Pergilah, kamu akan bertemu beliau disana."

Sekarang aku telah melewatkan 50-60 tahun melayani dari satu guru ke guru lainnya, namun kemana lagi aku harus pergi? Guru menyebutkan tanah Arab, namun Arab yang mana? Aku menunggu dan terus menunggu. Guruku telah meninggal dan aku memelihara kawanan domba dan onta. Aku sudah punya sebuah rumah dan modal. Saat itu ada sebuah karavan yang akan pergi menuju tanah Arab, aku memohon agar bisa ikut mereka. Mereka bilang, " Kami minta biaya." Jawabku,"Ambil semua unta, domba dan kambingku", maka merekapun menerimanya.

Namun di tengah jalan mereka berubah menjadi kawanan iblis-iblis. Mereka menjualku pada seseorang sebagai budak. Aku melayani tuanku dengan sabar sebagai seorang budak. Saat seseorang sedang jatuh cinta, dia melakukan segalanya dengan tulus. Itulah yang rabbi
dan semua keyakinan ajarkan. Untuk melayani Tuhannya. Salman al-Farisi menerima takdirnya sebagai budak, dia tidak memberontak, karena Salman sedang menuju jalan kebenaran, maka hanya kebaikan yang ada di hatinya.

Dia ingin menjadi seseorang yang berguna bagi komunitasnya. Itulah yang dia yakini. Dia terima takdirnya sebagai seorang budak dan sabar serta setia pada mereka yang dia layani. Apapun yang disuruh
majikan, aku patuhi. Aku tahu itulah takdirku. Aku bekerja padanya selama beberapa tahun, namun hatiku tetap membara untuk pergi ke tanah Arab untuk bertemu dengan Nabi yang disebutkan guruku.

Setelah beberapa tahun bekerja sebagai budak, suatu hari ada sebuah karavan yang berkunjung. Pemiliknya adalah teman majikanku, dia sangat menyukai aku. Dimintanya aku untuk menjadi budaknya dengan cara membeli dari majikanku. Setelah disetujui, akhirnya aku berganti majikan. Kami bepergian berbulan-bulan sampai akhirnya tiba di sebuah kota kecil dimana kulihat pegunungan hitam dan pohon-pohon kurma. Lihatlah bila Salman memberontak, tidak menerima takdirnya belum tentu ia akan bertemu teman majikannya yang akhirnya membawa Salman ke kota yang disebutkan gurunya terdahulu.

Aku berkata pada diri sendiri " Akhirnya kutemui sesuatu yang membuatku puas." Itulah hal yang memuaskan dia. Jika kamu puas akan sesuatu, maka terserah kamu untuk menerimanya atau tidak. Allah swt
berfirman, " Tidak ada paksaan dalam agama." [2:256] Kalian tidak boleh memaksa orang dalam hal apapun. Jika dia ingin menjadi yahudi, maka dia akan menjadi seorang yahudi. Jika ingin jadi kristen, diapun akan jadi kristen. Bukan kewajiban kalian untuk menggedor
pintunya dan menyuruh orang menjadi muslim.

Kalian bukan seorang utusan. Jika seseorang datang dan bertanya pada kalian, maka kalian jelaskan. Jika ada yang tertarik dengan Islam, kalian boleh berdiskusi dengan mereka. Maka Sayyidina Salman al-Farsi sampai pada kota yang dimaksud. "Aku mulai melayani majikanku dengan mengumpulkan kurma-kurma untuknya." Aku menunggu Nabi setiap hari dengan penuh keresahan. Pekerjaanku adalah memetik kurma untuk tuanku, namun sebagian adalah milikku sendiri.

Suatu hari kudengar seorang anak kecil menyanyikan shalawat,"tala`al-badru `alayna." Aku sedang berada di Masjid Quba [sekitar 12 km dari Madinah]. Kudengar Sang Nabi pindah kesini dari Mekkah, maka turunlah aku sambil membawa beberapa kurma-kurma milikku sendiri. Guru terakhirku mengatakan akan ciri-ciri Nabi saw, bahwa Beliau saw berkenan memakan sesuatu dari hadiah, tapi tidak berkenan memakan dari sedekah. Dan dia mempunyai sebuah tanda di lehernya, Khatm an-Nubuwwat.

Aku pergi menuju Masjid Quba. Semua sahabat sedang duduk mengelilingi Nabi saw. Kutawarkan kurma pada beliau," Ya Muhammad! Ini kurma dariku. Aku tahu Anda dan para sahabat amat lelah. Terimalah kurma-kurma ini sebagai sedekah dariku". Nabi saw mengambil
kurma-kurma itu dan mengatakan," Semoga Allah membalas kebaikanmu." Dan beliau membagikan kurma-kurma itu pada sahabat-sahabat beliau. Aku hanya memperhatikan apa yang beliau lakukan. Beliau sama sekali tidak menyentuh kurma-kurma itu.

(Salman adalah seorang Zoroaster yang datang ke Madinah dari Sham lewat Mosul, Salman al Farisi asli dari Persia. Dia ingin membuktikan sendiri tanda-tanda Ke Nabian itu).

Setelah satu minggu, aku kembali lagi menemui Nabi sambil membawa kurma. " Ini sebagai hadiah dariku, Ya Rasulullah." Nabi mengambil sebutir kurma, menciumnya dan memakannya lalu dibagikan kurma-kurma itu pada sahabat-sahabatnya. Sehingga kemudian aku tak sabar untuk melihat tanda terakhir beliau untuk melihat Khatm an-Nubuwwat.

Aku sudah mencoba mengintip, namun malu rasanya meminta Nabi untuk memperlihatkan tanda itu. Suatu saat ketika Nabi menggali sebuah lubang untuk mengubur jasad seseorang, aku mengikutinya untuk melihat Khatm an-Nubuwwat milik Nabi saw. Lihat betapa "Nabi khawatir akan keselamatan umatnya" [9:128] beliau menggali sendiri kubur salah satu sahabatnya dan tidakkah kalian mengira bahwa beliau akan menyelamat kan kita agar masuk surga?

Saat Nabi saw menggali, Salman mulai mengamati punggung beliau. Tiba-tiba Rasulullah saw berkata, " Ini lihatlah! inikah yang kamu cari selama ini?", dengan tersenyum sambil menyibakkan sedikit jubah
beliau sehingga Khatm an-Nubuwwat itu terlihat. Nabi saw mengetahui Salman al Farisi telah berjalan ribuan kilometer, menerima takdirnya sebagai budak hanya untuk mencari kebenaran yang hakiki.

Di kemudian hari berkaitan dengan Salman al-Farsi, kaum Ansaar dan Muhajirun berdebat. Kaum Anshaar mengklaim " Dia berasal dari kaum kami, dia dari Madinah." Kaum Muhajirinpun mengklaim," Tidak, dia
pindah dari Sham ke Persia." Nabipun menghentikan mereka, dan berkata," Tidak. Dia bukan berasal dari kaum kalian. Dia adalah dariku, Ahl al-Bayt, Keluarga dari Rumah Nabi saw.

Hadist diatas punya makna yang dalam, bahwa seorang asing yang tidak ada hubungan darah atau perkawinan dapat menjadi anggota Ahl al-Bayt, jika punya cinta yang luar biasa terhadap Nabi saw. Mereka yang membaca na'at dan menulis puisi pujian Shalawat pada Nabi saw insha-Allah juga termasuk keluarga dari Nabi saw.

Inilah Islam. Sesuatu yang harus kalian rasakan, karena cinta, walaupun terasa asam atau manis. Ketika memasukinya, kalian akan bisa mengenalnya. Tetapi saat ini, orang-orang yang tak berpengetahuan hanya belajar sedikit, mereka datang dan membuat kegaduhan seperti sebuah kotak korek api yang hanya berisi tiga atau empat didalamnya. Berbeda dengan kotak korek yang isinya penuh; kocoklah, pasti tidak akan terdengar suara gaduh.

Artinya penganut yang tulus, yang tidak mengincar jabatan dunia atau kursi Direktur akan hidup puas dengan apa yang Allah swt berikan. Mereka hidup 60-70 tahunan. Mereka bisa dokter, insinyur atau orang-orang miskin, namun mereka puas. Tapi mereka yang "seperti tiga batang korek api" akan membuat kegaduhan sehingga akan membingungkan masyarakat. Janganlah kalian menjadi seorang yang seperti itu, yang hanya menyakiti sesama muslim dan membuat citra Islam menjadi buruk.

Sabda Nabi saw, "la farqa bayna `arabiyyan wa `ajamiyyan illa bi-taqwa." – "tidak ada perbedaan antara orang Arab dan bukan Arab kecuali ketaqwaan pada Tuhan." Jika dia muslim, hubungan kita bergantung pada ketaqwaannya. "Astaghfirullah hal-`adheem" Bihurmati Fatihah.

Wa min Allah at Tawfiq

Tidak ada komentar: