Minggu, 29 Maret 2009

Syari'at, Thariqat, Haqiqat

Syari'at, Thariqat, Haqiqat
Inilah jalan penghidup keyakinan syari'at, thariqat, haqiqat menuju kemuliaan dengarlah yang tersirat dalam gambaran yang tersurat dalam bisikan. Inilah gambaran dari jalan menuju akhirat, yakni melalui syari'at, thariqat dan haqiqat. Melalui jalan ini seseorang akan mudah mengawasi ketakwaannya dan menjauhi hawa nafsu. Tiga jalan ini secara bersama sama menjadi sarana bagi orang-orang beriman menuju akhirat tanpa boleh meninggalkan salah satu dari tiga jalan ini.

Haqiqat tanpa syari'at menjadi batal, dan syari'at tanpa haqiqat menjadi kosong. Dapat dimisalkan di sini, bahwa apabila ada orang memerintahkan sahabatnya mendirikan shalat, maka ia akan menjawab: Mengapa harus shalat? Bukankah sejak zaman azali dia sudah ditetapkan takdirnya? Apabila ia telah ditetapkan sebagai orang yang beruntung, tentu ia akan masuk surga walaupun tidak shalat. Sebaliknya, apabila ia telah ditetapkan sebagai orang yang celaka maka, ia akan masuk neraka, walaupun mendirikan shalat.Ini adalah contoh haqiqat tanpa syari'at.

Sedangkan syari'at tanpa haqiqat, adalah sifat orang yang beramal hanya untuk memperoleh surga. Ini adalah syari'at yang kosong, walaupun ia yakin. Bagi orang ini ada atau tidak ada syari'at sama saja keadaannya, karena masuk surga itu adalah semata-mata anugerah Allah. Syari'at adalah peraturan Allah yang telah ditetapkan melalui wahyu, berupa perintah dan larangan. Thariqat adalah pelaksanaan dari peraturan dan hukum Allah (syari'at). Haqiqat adalah menyelami dan mendalami apa yang tersirat dan tersurat dalam syari'at, sebagai tugas menjalankan firman Allah.

Mendalami syari'at sebagai peraturan dan hukum Allah menjadi kewajiban umat Islam terutama yang berkaitan dengan ibadah mahdlah, ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah SWT. Seperti dalam firman: Iyyâka Na'budu wa Iyyâka Nasta'în yang artinya: Hanya kepada Engkau (Allah), aku beribadah, dan hanya kepada engkau aku memohon pertolongan." (QS. Al-Fâtihah: 4-5).

Sedangkan yang dimaksud dengan menjaga haqiqat adalah usaha seorang hamba melepaskan dirinya dari kekuatannya sendiri dengan kesadaran bahwa semua kemampuan dari perbuatan yang ada padanya, hanya akan terlaksana dengan pertolongan Allah semata.
Pada dasarnya kewajiban seorang mukmin adalah melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, dengan tidak memikirkan bahwa amal perbuatannya itulah yang akan menyelamatkannya dari siksaan neraka, atau menjadikannya masuk surga.

Atau ia beranggapan tanpa amal ia akan masuk neraka, atau beranggapan hanya dengan amal ia akan masuk surga. Sebenarnya ia harus berpikir dan meyakini bahwa semua amalannya hanya semata-mata untuk melaksanakan perintah Allah dan mendapatkan keridhaan-Nya. Seperti firman Allah: "Fa'budillâh Mukhlishan Lahuddîn".

Apabila Allah Ta'ala menganugerahkan pahala atas amal perbuatannya hanyalah merupakan karunia Allah belaka. Demikian juga apabila menyiksanya, maka itu semua merupakan keadilan Allah jua, yang tidak perlu dipertanyakan pertanggungjawabannya. Hasan Basri mengatakan bahwasannya ilmu haqiqat tidak memikirkan adanya pahala atau tidak dari suatu amal perbuatan. Akan tetapi tidak berarti meninggalkan amal perbuatan atau tidak beramal. Sayyidina Ali RA, mengatakan: Barangsiapa beranggapan, tanpa adanya perbuatan yang sungguh-sungguh, ia akan masuk surga, maka itu adalah hayalan, sedangkan orang yang beranggapan bahwa dengan amal yang sungguh-sungguh dan bersusah payah ia akan masuk surga, maka hal itu sangat sia-sia. Orang pertama adalah mutamanni dan orang yang kedua adalah muta' anni.

Pernah dikisahkan bahwa ada seorang laki-laki Yahudi dari Bani Israil, ia telah beribadah selama tujuh puluh tahun. Pada suatu saat ia memohon kepada Allah agar dia ditetapkan berada bersama-sama para malaikat. Maka Allah SWT, mengutus malaikat untuk menyampaikan kepadanya bahwa dengan ibadahnya yang sekian lama itu, tidak pantas baginya untuk masuk surga. Laki-laki ini mengatakan pula kepada malaikat itu setelah mendengar berita dari Allah SWT. "Kami diciptakan Allah di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah, maka sepantasnyalah kami berkewajiban beribadah (tunduk) kepada-Nya."

Tatkala malaikat itu kembali melaporkan apa yang didengarnya dari hamba Allah tersebut, ia berkata: "Ya Allah, Engkau lebih mengetahui apa yang diucapkan oleh laki laki tersebut." Allah SWT pun berfirman. "Jika ia tidak berpaling dan tunduk beribadah kepada-Ku, maka dengan karunia dan kasih sayang-Ku, Aku tidak akan meninggalkannya. Saksikan lah olehmu, sesungguhnya Aku telah mengampuninya.

Syari'at Ibarat bahtera itulah syari'at Ibarat samudera itulah thariqat Ibarat mutiara itulah haqiqat. Ungkapan dari syair di atas menjelaskan kedudukan tiga jalan menuju akhirat. Syari'at ibarat kapal, yakni sebagai instrumen mencapai tujuan. Thariqat ibarat lautan, yakni sebagai wadah yang mengantar ke tempat tujuan. Haqiqat ibarat mutiara yang sangat berharga dan banyak manfaatnya.
Untuk memperoleh mutiara haqiqat, manusia harus mengarungi lautan dengan ombak dan gelombang yang dahsyat. Sedangkan untuk mengarungi lautan itu, tidak ada jalan lain kecuali dengan kapal.

Sebagian Ulama menerangkan tiga jalan ke akhirat itu ibarat buah pala atau buah kelapa. Syari'at ibarat kulitnya, thariqat isinya dan haqiqat ibarat minyaknya. Pengertiannya ialah, minyak tidak akan diperoleh tanpa memeras isinya, dan isi tidak akan diperoleh sebelum menguliti kulit atau sabutnya.
Agama ditegakkan di atas syari'at, karena syari'at adalah peraturan dan undang-undang yang bersumber kepada wahyu Allah. Perintah dan larangannya jelas dan dijalankan untuk kesejahteraan seluruh manusia. Menurut Syaikh al-Hayyiny, syari'at dijalankan berdasarkan taklif (beban dan tanggungjawab) yang dipikul kepada orang yang telah mampu memikul beban atau tanggungjawab (mukallaf).

Haqiqat adalah apa yang telah diperoleh sebagai ma'rifat. Syari'at dikukuhkan oleh haqiqat dibuktikan oleh syari'at. Adapun syari'at adalah bukti pengabdian manusia yang diwujudkan berupa ibadah, melalui wahyu yang disampaikan kepada para Rasul. Haqiqat itu sendiri merupakan bukti dari penghambaan (ibadah) manusia terhadap Allah SWT, dengan tunduk kepada hukum syari' at tanpa perantaraan apapun.

Thariqat Adalah thariqat itu suatu sikap hidup, Orang yang teguh pada pegangan yang genap, Ia waspada dalam ibadah yang mantap, Bersikap wara' berperilaku dan sikap. Dengan riyadhah itulah jalan yang tetap. Para Ulama berpendapat thariqat adalah jalan yang ditempuh dan sangat waspada dan berhati-hati ketika beramal ibadah. Seseorang tidak begitu saja melakukan rukhshah (ibadah yang meringankan) dalam menjalankan macam-macam ibadah. Walaupun ada kebolehan melakukan rukhshah, akan tetapi sangat berhati-hati melaksanakan amal ibadah. Diantara sikap hati-hati itu adalah bersifat wara'.

Menurut al-Qusyairy, wara' artinya berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang bersifat syubhat (sesuatu yang diragukan halal haramnya). Bersikap wara' adalah suatu pilihan bagi ahli thariqat.
Imam al-Ghazaly membagi sifat wara' dalam empat tingkatan. Tingkat yang terendah adalah wara'ul 'adl (wara' orang yang adil) yakni meninggalkan suatu perbuatan sesuai dengan ajaran fiqh, seperti makan riba atau perjanjian-perjanjian yang meragukan dan amal yang dianggap bertentangan atau batal.

Tingkat agak ke atas adalah wara'ush shâlihîn (wara' orang-orang saleh). Yakni menjauhkan diri dari semua perkara subhat, seperti makanan yang tidak jelas asal usulnya, atau ragu atas suatu yang ada di tangan atau sedang dikerjakan, atau disimpan.
Tingkat yang atasnya lagi, adalah wara'ul muttaqqîn (wara' orang-orang yang takwa). Yakni meninggalkan perbuatan yang sebenarnya dibolehkan (mubah), karena kuatir kalau-kalau membahayakan, atau mengganggu keimanan, seperti bergaul dengan orang-orang yang membahayakan, orang-orang yang suka bermaksiat, memakai pakaian yang serupa dengan orang- orang yang berakhlak jelek, menyimpan barang-barang berbahaya atau diragukan kebaikannya. Contoh, sahabat Umar bin Khattab meninggalkan 9/10 (sembilan per sepuluh) dari hartanya yang halal karena kuatir berasal dari perilaku haram.

Tingkat yang tertinggi adalah, wara'ush shiddiqqîn (wara' orang-orang yang jujur). Yakni menghindari sesuatu walaupun tidak ada bahaya sedikitpun, umpamanya hal-hal yang mubah yang terasa syubhat.
Kisah-kisah berikut ini menunjukkan sifat-sifat orang yang wara'.Pada masa Imam Ahmad bin Hambal, hiduplah seorang sufi bernama Bisyir al-Hafy. Ia mempunyai saudara perempuan yang bekerja memintal benang tenun. Biasanya pekerjaan itu dikerjakan di loteng rumahnya. Ia bertanya kepada Imam Ahmad, Pada suatu malam ketika ia sedang memintal benang, cahaya obor lampu orang Thahiriyah (mungkin tetangga) masuk memancar ke loteng kami. Apakah kami boleh memanfaatkan cahaya lampu obor tersebut untuk menyelesaikan pekerjaan kami?" Imam Ahmad menjawab "Sungguh dari dalam rumahmu telah ada cahaya orang yang sangat wara', maka janganlah engkau memintal benang dengan memanfaatkan cahaya obor itu".

Abu Hurairah mengatakan: "Pada suatu hari seorang saudaraku datang mengunjungiku. Untuk menyajikan makanan buat menghormatinya, saya belikan lauk seekor ikan panggang. Setelah selesai menyantap makanan itu, saya ingin membersihkan tangannya dari bau ikan bakar itu. Dari dinding rumah tetangga, saya mengambil debu bersih untuk membersihkan dan menghilangkan bau amis dari tangannya. Akan tetapi saya belum minta izin tetangga tersebut untuk menghalalkan perbuatan saya itu. Saya menyesali atas perbuatan saya itu empat puluh tahun lamanya".
Dikisahkan juga bahwa ada seorang laki-laki mengontrak sebuah rumah. Ia ingin menghiasi ruangan rumah itu, lalu menuliskan khat-khat riq'i pada salah satu dindingnya.

Ia berusaha menghilangkan debu-debu pada dinding rumah kontrakan itu. Karena ia merasa bahwa perbuatan itu baik dan tidak ada salahnya. Ketika ia sedang membersihkan debu-debu pada dinding rumah itu, didengarnya suara, "Hai orang yang menganggap remeh pada debu engkau, akan mengalami perhitungan amal yang sangat lama". Imam Ahmad bin Hanbal pernah menggadaikan sebuah bejana tembaga kepada tukang sayur Makkah. Ketika hendak ditebusnya bejananya itu, si tukang sayur mengeluarkan dua buah bejana lalu ia berkata: "Ambillah salah satu, mana yang jadi milikmu". Imam Ahmad berkata, "Saya sendiri ragu, mana dari dua bejana itu yang menjadi milikku.

Untuk itu ambil olehmu bejana dan uang tebusannya. Saya rela semua untukmu". Tukang sayur itu serta merta menunjukkan, mana bejana milik Imam Ahmad, lalu berkata: "Inilah milikmu". Imam Ahmad berkata, "Sesungguhnya aku hanya menguji kejujuranmu! Sudah, saya tidak akan membawanya lagi," sambil berjalan meninggalkan tukang sayur itu.
Diriwayatkan bahwasannya Ibnu al-Mubarak pulang pergi dari Marwan ke Syam untuk mengembalikan setangkai pena, yang belum sempat dikembalikan kepada pemiliknya.

Hasan al-Bashry pernah menanyakan kepada seorang putera sahabat Ali bin Abi Thalib, ketika itu sedang bersandar di Ka'bah sambil memberi pelajaran. Hasan al-Bashry bertanya: "Apakah yang membuat agama menjadi kuat?" Dijawabnya: "yang menguatkan agama adalah sifat wara'". "Apa yang merusak agama?" "yang merusak agama adalah tamak". Jawaban itu mengagumkan Hasan al-Basry, lalu ia berkata "Dengan sifat wara' yang ikhlas lebih baik dari seribu kali shalat dan puasa". Itulah beberapa kisah yang menghiasi akhlak para sufy masa lampau. Sifat yang mengagumkan yang melekat dalam hidup mereka. Demikian juga sifat mulia para sahabat tabi'in dan tabi'it-tabi'in.
Kata wa-azimatun, menurut lughat, artinya cita-cita yang kuat.

Maksudnya penuh kesungguhan dan sabar menghadapi bermacam-macam masalah hidup, akan tetapi kuat menghadapinya dan mampu mengendalikan hawa nafsu. Demikian juga melatih diri dengan riyadlah yang dapat memperkuat ibadah dan melakukan ketaatan. Umpamanya riyadlah mengendalikan keinginan yang mubah, seperti puasa makan, minum, tidur, menahan lapar seperti puasa, sunnat, atau meninggalkan hal-hal yang kurang berguna bagi kemantapan dan konsentrasi jiwa kaum sufi.

Nabi SAW bersabda: "Cukuplah kiranya bagi manusia beberapa suapan untuk menegakkan tulang punggungnya. Apabila ingin lebih dari itu, hendaklah ia membagi perutnya; sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas". Dalam hadits lain Nabi SAW bersabda: "Bukankah manusia itu tertelungkup dalam neraka, tidak lain karena buah omongan lisannya. Sedangkan usia manusia itu adalah modal pokok perdagangannya. Apabila disia-siakan dengan makhluk perbuatan yang tidak berguna, maka sungguh ia telah merusaknya dengan kesia-siaan".

Oleh karena itu mengamalkan ilmu thariqat sama dengan menghindari segala macam perbuatan mubah, seperti telah dicontohkan di atas. Itulah jalan suci akan mengantarkan manusia kepada ketaatan dan kebahagiaan.

Haqiqat

Haqiqat adalah akhir perjalanan mencapai tujuan, Menyaksikan cahaya nan gemerlapan, Dari ma'rifatullah yang penuh harapan. Untuk menempuh jalan menuju akhirat haqiqat adalah tonggak terakhir. Dalam haqiqat itulah manusia yang mencari dapat menemukan ma'rifatullâh. Ia menemukan hakikat yang tajalli dari kebesaran Allah Penguasa langit dan bumi. Menurut Imam al-Ghazaly, tajalli adalah rahasia Allah berupa cahaya yang mampu membuka seluruh rahasia dan ilmu. Tajalli akan membuka rahasia yang tidak dapat dipandang oleh mata kepala. Mata hati manusia menjadi terang, sehingga dapat memandang dengan jelas semua yang tertutup rapat dari penglihatan lahiriah manusia.

Al-Qusyairi membedakan antara syari'at dan haqiqat sebagai berikut: Haqiqat adalah penyaksian manusia tentang rahasia-rahasia ketuhanan dengan mata hatinya. Syari'at adalah kepastian hukum dalam ubudiyah, sebagai kewajiban hamba kepada Al-Khaliq. Syari'at ditunjukkan dalam bentuk kaifiyah lahiriyah antara manusia dengan Allah SWT . Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa, perumpamaan syari'at adalah ibarat kapal, thariqat ibarat lautan, dan haqiqat ibarat mutiara.

Seperti pada bunyi syair, "Barangsiapa yang ingin mendapatkan mutiara di dalam lautan, maka ia harus mengarungi lautan dengan menumpang kapal (ilmu syari'at), kemudian ia harus pula menyelam untuk mendapatkan perbendaharaan yang berada di kedalaman laut, yakni bernama mutiara (ilmu haqiqat)".
Para penuntut ilmu tasawuf tidak akan mencapai kehidupan yang hakiki, kecuali telah menempuh tingkatan hidup ruhani yang tiga tersebut. Menuju kesempurnaan hidup ruhani dan jasmani yang hakiki menuju hidup akhirat yang sempurna, tiga jalan itu hendaklah ditempuh bersama-sama dan bertahap.

Apabila tahap-tahap itu tidak ditempuh maka penuntut tasawuf atau mereka yang berminat mencari hidup ruhani yang tentram, tidak akan mendapatkan mutiara yang sangat mahal harganya itu.

Wajib Bersyari'at

Thariqat dan haqiqat bergantung kepada syari'at. Dua tahapan itu tidak akan berhasil ditempuh oleh para penuntut, kecuali melalui syari'at. Dasar pokok ilmu syari'at adalah wahyu Allah yang tertulis jelas dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebab ibadah mahdlah dan ghairu mahdlah serta ibadah muamalah tercantum dengan jelas dalam ilmu syari'at.
Siapa pun tidak boleh menganggap dirinya terlepas dari syari'at, walaupun ia ulama sufi yang besar dan piawai, atau wali sekalipun. Orang yang menganggap dirinya tidak memerlukan syari'at untuk mencapai thariqat sangat tersesat dan menyesatkan.

Karena syari'at itu seluruhnya bermuatan ibadah dan muamalah, maka menjadi satu paduan dengan thariqat dan haqiqat. Ibadah seperti itu tidak gugur kewajibannya walaupun seseorang telah mencapai tingkat wali. Bahkan ibadah syari'atnya wajib melebihi tingkat ibadah manusia biasa. Umpamanya mutu ibadah seorang waliyullah melebihi mutu ibadah orang-orang awam. Sebagaimana Rasulullah SAW, ketika mendirikan shalat dengan penuh kekhusyuan dan begitu lama berdiri, ruku' dan sujudnya, sehingga dua kakinya menjadi membengkak, karena dikerjakan dengan penuh kecintaan dan ketulusan.

Ketika Nabi SAW ditanya berkaitan dengan ibadahnya yang begitu hebat dan sungguh-sungguh, beliau menjawab: "Mengapa saya tidak menjadi hamba yang bersyukur?" Karena ibadah itu termasuk salah satu cara untuk mensyukuri nikmat Allah dan semua anugerah-Nya. Maka para shufiyah atau waliyullah sekalipun tetap berkewajiban melaksanakan ibadah syari'at yang ditaklifkan kepada setiap muslimin dan muslimat. Oleh karena itu wajib bagi penuntut kehidupan akhirat dan para penuntut ilmu-ilmu Islam secara intensif mempelajari ilmu syari'at.

Sebab semua ilmu yang berkaitan erat dengan kehidupan dunia dan akhirat, bergantung erat kepada ilmu syari'at. Ilmu tasawuf dengan pendekatan kebatinan (ruhaniyah) tetap bergantung erat dengan syari'at. Tanpa syari'at semua ilmu dan keyakinan ruhaniyah tidak ada artinya. Hati para shufiyah akan cemerlang sinarnya dalam menempuh kehidupan ruhaniyah yang tinggi, hanya akan diperoleh dengan ilmu syari'at. Demikian juga kemaksiatan batin dan pencegahannya sudah tercantum dari teladan Nabi SAW, semuanya tercantum dalam ilmu syari'at.

Ilmu tasawuf, adalah bahagian dari akhlak mahmudah, hanya akan diperoleh dari uswah hasanah-nya Nabi Muhammad SAW. Cahaya yang bersinar dari kehidupan Nabi SAW adalah pokok dasar bagi pengembangan ilmu tasawuf atau dasar pribadi bagi para penuntut ilmu tasawuf. Menurut tuntunan Nabi SAW, hati adalah ukuran pertama penuntut ilmu tasawuf. Dengan kesucian hati dan ketulusannya melahirkan akhlak mahmudah dan mencegah akhlak mazmumah, seperti yang diajarkan dalam sunnah Nabi SAW, sebagian dari ilmu syari'at. Dengan pengertian lain, hati manusia shufiyah itu akan ditempati oleh thariqat yang berdasarkan syari'at.

Ma'rifatullah

Para ulama tasawuf dan kaum shufiyah menempuh beberapa cara untuk mecapai tingkat tertinggi dalam shufiyah, atau ma'rifatullah. Untuk mencapai ma'rifatullah ini setiap penuntut shufiyah menempuh jalan yang tidak sama. Ma'rifatullah adalah tingkat telah mencapai thariqat al-haqiqah. Akan tetapi tidak berarti thariqat menuju ma'rifatullah itu harus secara khusyusiah, lalu menempatkan diri hanya dalam ibadah batiniyah belaka. Akan tetapi untuk mencapai tingkat thariqat ma'rifatullah itu, para penuntut dapat juga mencapai melalui berguru langsung dengan para syaikh yang mursyid.

Para syaikh yang mursyid, biasanya suka memberi pelajaran dan pendidikan kepada masyarakat untuk memberi petunjuk kaifiyat ibadah dan tauhid Uluhiyah yang bersih dan uswah hasanah Nabi SAW.
Imam al-Ghazaly berkata: "Barangsiapa berilmu dan beramal serta mengajarkan ilmunya, maka ia termasuk orang yang mendapat predikat orang mulla di kerajaan langit. Ia telah berma'rifat kepada Allah. Ia adalah ibarat matahari yang menyinari dirinya sendiri, atau laksana minyak misik yang harum yang menyebarkan keharuman disekitarnya, sedangkan ia sendiri berada dalam keharuman".

Ketika seorang guru (da'i) sedang asyik mengajarkan ia berada dalam suasana yang agung dan suci. Oleh karena itu seorang da'i atau guru yang sedang mengajar Al Islam, hendaklah selalu menjaga kesucian dan adab-adabnya. Ada pula yang menempuh jalan zikrullah dengan mewiridkan zikir-zikir yang ma'tsur atau amalan yang bernilai ibadah, seperti membaca Al-Qur'an, bertahmid, tasbih dan tahlil. Cara ini dijalankan oleh penuntut ilmu mutajarridah (konsentrasi diri untuk semata-mata beribadah), termasuk jalan yang ditempuh oleh orang-orang saleh.
Cara lain lagi yang ditempuh ialah dengan menghidmatkan diri kepada ulama Fiqh, atau ulama tasawuf atau ulama Islam umumnya. Cara berguru, belajar dan mengajar seperti ini sangat penting dan lebih utama dari shalat sunnat. Karena perbuatan atau amal seperti itu termasuk maslahah mursalah (kepentingan umum), karena juga bernilai ibadah.
Sayyid Abdul Qadir Jailany RA, berkata: "Saya tidak akan mencapai ma'rifatullah dengan hanya qiyamullail, atau berpuasa sepanjang hari.

Akan tetapi sampainya saya kepada ma'rifatullah, adalah juga dengan amalan maslahah mursalah, seperti bermurah hati dan menyantuni semua orang, tasamuh dan tawadlu'. Ada juga yang beribadah untuk membantu dan menggembirakan orang lain. Termasuk berusaha mencari nafkah, seperti mencari kayu bakar di hutan, lalu dijual dan hasilnya disedekahkan bagi kepentingan umum. Cara-cara seperti ini merupakan ibadah, selain banyak manfaatnya, juga akan mencapai ma'rifatullah karena akan memperoleh do'anya masyarakat umum dan kaum dhu'afa".

Siapakah Kita, Ahl as-Sunna wal-Jama’ah?

Siapakah Kita, Ahl as-Sunna wal-Jama’ah?
Maulana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani ,
ketua As-Sunna Foundation of America (ASFA)


Saudara-saudara yang terhormat, para ‘ulama dan saudari-saudari yang dimuliakan, Saya ingin mengatakan bahwa selain para ‘ulama, kita juga mempunyai Imam Senad, yang bertanggung jawab terhadap masyarakat Bosnia di Amerika dan Imam mereka. Kita menyambut mereka karena beliau baru saja tiba dari perjalanannya ke Bosnia dan beberapa negara lainnya. Semoga Allah memberikan pertolongan dan dukungan kepadanya.

Merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan bahwa malam ini kita berada di sini untuk Sayyidina Abdul Qadir Jilani , Ghawts Azam. Ghawts Azam berarti Busur-Perantara. Beliau adalah seorang perantara bagi manusia di Hadirat Muhammad saw yang pada gilirannya Rasulullah menjadi perantara di Hadirat Allah. Allah berfirman dalam suatu hadits (qudsi) bahwa ada beberapa orang “yang dapat menjadi perantara di Hadirat-Nya, melalui Izin-Nya.” Dewasa ini kita harus mengatakan bahwa suatu hadits adalah hadits yang “otentik”, karena sekarang banyak sekali kemunafikan.

Sebelum nya, kita tidak perlu mengatakan hadits itu “otentik”. Segera setelah kalian bilang hadits, setiap orang akan mengerti bahwa itu adalah sebuah hadits. Kita adalah Ahl as-Sunnah wal Jama’ah dan kita harus meyakini apa yang telah diajarkan dan diberikan oleh Ahl as-Sunnah wal Jama’ah kepada kita. Tidak seperti pseudo-‘ulama sekarang yang merasa bahwa mereka sudah sangat tinggi posisinya. Semoga Allah melindungi Islam dari orang-orang yang munafik.

Saya sangat bergembira bahwa pada hari ini Saya berada di sini, di sebuah Muslim Center, di mana setiap orang datang secara bersama-sama untuk beribadah kepada Allah . Hanya Allah yang patut disembah dan Sayyidina Muhammad saw yang patut dipuji. Sayangnya sekarang sebagian besar orang kebingungan dalam hal menyembah dan memuji. Jika kita bilang bahwa kita memuji Nabi Muhammad e, mereka bilang kita menyembahnya. Jika kita memuji Syaikh, mereka juga bilang bahwa kita menyembahnya. Jika kalian bertanya kepada seorang anak Muslim dengan suatu pertanyaan sederhana, Siapa Allah?” “Siapa yang menciptakanmu?” dia akan berkata, “Allah.” “Siapa yang kamu sembah?” Dia akan berkata, “Allah” Kita tidak pernah mengatakan kepada anak-anak, “Katakanlah Muhammad .” Kita tidak pernah melihat seorang anak yang mengatakan, “Aku memuji Nabi Muhammad .” Dari mana mereka membawa ideologi baru ini, bahwa jika kalian memuji Sayyidina Muhammad “terlalu banyak” kalian bersalah telah melakukan dosa syirik? Allah memerintahkan kita untuk memuji Nabi Muhammad!

Dalam Islam tidak ada pemilihan. Dari mana mereka membawa ide demokrasi ini? Tidak ada demokrasi dalam Islam! Islam adalah bay’at kepada amir, pemimpin. Ketika kalian menyerahkan tangan kepada amir, dia akan memeliharamu. Dari mana kalian mendapat istilah “dewan perwakilan!?” dan para “direktur” dan beberapa nama-nama lain yang menonjol ini? Kalian bukanlah apa-apa melainkan hanya anak kecil—duduk dan berpikir bahwa kalian adalah seorang faraoh. Allah akan memperhitungkan segalanya. Dan Allah akan bertanya kepadamu tentang hal ini di Hari Pembalasan nanti. Kalian menentang Allah dan para Awliya-Nya. Bahkan guru-guru kalian, para ‘ulama kalian, guru Ibnu Taymiyyah dalam bukunya, Fatawa al-Kubra, beliau mengutip hadits suci dari Rasulullah, Allah berfirman, “(ini dari guru kalian Ibnu Taymiyyah) SIAPA PUN YANG MENENTANG WALI, AKU AKAN MENYATAKAN PERANG TERHADAPNYA!” (dari keramaian terdengar suara “Allahu Akbar!”).

Ini adalah guru kalian, bukan guru kami. Walaupun beliau seorang muhaddits yang baik, seorang faqih yang baik, dan ahli dalam bahasa Arab, ‘aqidahnya telah mengalami korupsi. Mereka berkata bahwa ‘aqidah Qadiri, Naqsyabandi, Rifa’i, Chisti telah terkorupsi. Tidak, ‘aqidah merekalah yang terkorupsi (Allahu Akbar!). Karena ‘aqidah kita merupakan sumber, dia adalah inti dari Ahl as-Sunnah wal Jama’ah, ‘aqidah para Sahabat dan Rasulullah. Dan itu merupakan keadaan ihsan.

‘Aqidah kita tidak terkorupsi. Tidak seperti mereka, kita tidak berkata bahwa Allah duduk di sebuah kursi. Kita tidak berkata bahwa Allah menghadap arah tertentu. Kita tidak berkata bahwa Allah mempunyai tubuh. Tidak! Kita mengatakan, “Dia bersamamu, di mana pun kamu berada.” Siapa yang lebih baik, siapa yang lebih kuat, siapa yang lebih berkuasa, Allah atau Setan? Setan selalu bersamamu di mana pun, jadi apakah Allah tidak bersamamu? Mereka berkata, “Tidak, Allah tidak bersamamu, Pengetahuan-Nya yang bersamamu.” Tidak. Kalian tidak bisa menuduh orang lain sebagai musyrik atau kafir.

Mereka berkata bahwa kamu harus mengatakan “tawhid uluhiyyah” atau “tawhid rubbiyyah.” Sekarang mereka telah menemukan terlalu banyak tawhid. Kita berkata, “La ilaha illallah.” Inilah yang kita ketahui. Sekarang mereka berkata, “Tidak, kamu harus mengatakan ‘tawhid uluhiyya’ dan ‘tawhid rubbiya.’” Tawhid uluhiyya adalah mengucapkan “La ilaha illallah,“ kemudian tawhid rubbiya adalah mengucapkan “La ilaha illallah”. Rasulullah tidak berkata, “Ucapkanlah ‘La ilaha illallah’ dan ‘La ilaha illallah.’ Rasulullah berkata, “La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah.”

Apa yang kita ucapkan? “Kita adalah Ahl as-Sunnah wal Jama’ah.” Sebagian orang mengikuti Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Qayyim. Ahl as-Sunnah wal Jama’ah adalah pengikut keempat Imam Mahzab dalam Islam. Ibnu Hajar Asqalani, As-Subki, Imam Nawawi merupakan penganut aqidah ‘Asyari dan mereka adalah Sufi. Mereka mempunyai imam, mereka mempunyai syaikh. Bahkan Ibnu Taymiyyah sendiri mempunyai seorang Syaikh—Abdul Qadir Jilani k. Beliau melakukan bay’at di tangan Syaikh Abdul Qadir Jilani k melalui enam generasi. Bagaimana kalian menyangkal tasawwuf? Para pengikut Ibnu Taymiyyah, pergilah dan baca buku beliau. Bukankah Ibnu Taymiyyah telah mendedikasikan dua volume (Fatawa Al-Kubra volume 10 dan 11) yang berisi uraian tentang tasawwuf dan pencarian jalan menuju Allah melalui para Awliya? Setiap buku terdiri atas 700 halaman sehingga totalnya 1400 halaman, dan setiap kata melukiskan Sufisme, dan beliau berkata, “Tasawwuf adalah keadaan ihsan yang dalam al-Qur’an dilukiskan sebagai tazkiyyat-an-nafs.”

Tetapi karena istilah tasawwuf diturunkan dari empat akar yang berbeda, dia menjadi tasawwuf. Satu akar berasal dari suff--wool, dan satu lagi dari suffa--spons yang lunak. Kemudian beliau menyebutkan bahwa Allah berfirman, “Siapa pun yang menyakiti salah satu waliku, Aku akan menyatakan perang terhadapnya.” Ibnu Taymiyyah banyak menyebutkan bahwa awliya berada pada level yang berbeda. Beliau mendefinisikan tasawwuf sebagai salah satu dari tiga tipe yang berbeda. Sebagian orang adalah mustaswifiin—mereka tidak mengerjakan apa-apa yang berhubungan dengan tasawwuf, namun mereka menggunakannya untuk mencari uang—ini adalah satu sisi. Yang lain menggunakan tasawwuf untuk mendapatkan ketenaran, ini juga satu sisi yang lain. Tetapi ada mutasawwifa yang benar-benar berada di jalan Ahl as-Sunnah wal Jama’ah, di jalan Sayyidina Muhammad. Mereka mendapat ma’rifah—mereka adalah orang yang berilmu pengetahuan dan inilah sufi yang dijalani oleh Ibnu Taymiyyah.

Ibnu Taymiyyah adalah salah seorang pengikut thariqat Qadiri, dan dalam kedua bukunya beliau menyebutkan dua orang pengikutnya, Saqqati k dan Junayd k. Beliau juga menguraikan tentang Sayyidina Abu Yazid al-Bistami k dari thariqat Naqsyabandi. Kemudian dari pihak wanita beliau menyebutkan Rabia al-‘Adawiyyah k. Dan beliau memberi penjelasan tentang apa yang tidak dimengerti orang tentang ucapan para awliya, dan memaklumkan ungkapan mereka (syatahaat). Beliau merasakan bahwa orang-orang ini ketika menyampaikan ajarannya, mereka berada dalam keadaan ma’rifat, dalam keadaan fana, dan dalam suatu keadaan yang kasyf. Beliau bahkan mengakui adanya keadaan kasyf (pandangan spiritual) dalam bukunya Fatawa Al-Kubra yang berjumlah 37 volume. Kalian yang berbahasa Arab, bacalah volume 10 dan 11, kalian akan menemukannya.

Jadi, kepada siapa kita harus takut? Kita harus mengatakan yang haqq melawan yang baathil. Allah berfirman dalam al-Qur’an yang suci, “Mereka yang mengingat Allah , dan mereka yang berdzikir.” Dan Dia berkata, “mereka,” dalam bentuk jamak. Dia tidak berkata secara individual, Dia berkata jama’ah, dan itu dikatakan dalam al-Qur’an yang suci. Jadi apa yang menjadi masalah di sini? Tidak ada masalah. Bukankah Allah telah memerintahkan kita, “Bershalawatlah kepada Rasulullah dan pujilah dia.”? Jadi jika kita berdiri dan memuji Rasulullah, bukankah ini perintah Allah dalam al-Qur’an yang suci? Kita berdiri dan mengucapkan, “As-salamu ‘alayka ya ayuhan-Nabi, as-salamu ‘alayka ya Rasulullah, as-shalat was-salamu ‘alayka ya Habibullah, wa-shalatu was-salamu ‘alayka ya Syafi’ullah, was-shalatu was-salamu ‘alayka ya Nabi-ullah.” Alhamdulillah kita berdiri dan memberi salam.

Siapa bilang bahwa Rasulullah tidak mendengar kita? Bukankah Rasulullah bersabda, Siapa pun yang memberi salam kepadaku, Aku akan mendengarnya, siapa pun yang memberi salam kepadaku dari tempat yang jauh, Aku akan menerima salamnya”? Kita berada jauh dari Madinah—jika kita memuji Rasulullah, beliau akan menerima pujian itu dengan segera. Dan Allah memerintahkan beliau, “Jika seseorang memujimu, berikan balasannya.” Dan Allah berfirman, “Siapa pun yang memuji Rasulku Muhammad, Aku akan membalasnya 10 kali lipat.” Bukankah Rasulullah bersabda, “’Amal ummatku akan dipersembahkan kepadaku di makamku.”? Beliau tidak membatasinya siang atau malam—keadaan ini berlangsung terus-menerus, tanpa pernah berhenti. Rasulullah selalu dalam keadaan mengamati ‘amal seluruh ummatnya. Jika perbuatan kita baik, beliau berdo’a kepada Allah , jika perbuatan kita buruk, beliau memohon kepada Allah untuk mengampuni perbuatan kita. Apa lagi yang kalian harapkan dari Rasul kita? Beliau selalu dalam keadaan beraksi. Rasulullah bersabda, “Allah telah melarang bumi untuk memakan daging para Rasul.” Rasulullah selalu dalam keadaan beraksi—ini berarti beliau dalam keadaan terus-menerus beraksi dengan tubuhnya di makamnya. Dan makam itu adalah Riyadzul-Jannah, makam beliau adalah Kebun Surga bagi Rasulullah .

Para pengikut mahzab Salafi berkata bahwa Rasulullah duduk dalam makamnya, 6 kali 3 kaki. Tidak. Makam itu adalah sebuah Surga yang sangat luas sehingga tidak ada orang yang mengetahui batasnya. Bisa jadi lebih luas dari alam semesta ini. Jadi jika beliau dianugerahi tugas untuk selalu mengamati perbuatan ummatnya dan beliau selalu dalam keadaan beraksi, itu berarti beliau selalu berada dalam cahaya yang kontinu. Dan beliau bersabda mengenai peristiwa ‘Isra Mi’raj, “Aku melihat Musa shalat di makamnya.” Bagaimana beliau melihat Musa u—shalat, berdiri, duduk atau berbaring? Pandangan macam apa yang beliau miliki? Itu adalah suatu realitas! Rasulullah bersabda, “Aku melihat Musa u berdiri, shalat di makamnya.” Jika Rasulullah mengatakan berdiri, shalat di makamnya (beliau tidak mengatakan bahwa Nabi Musa berdiri “tanpa tubuh tetapi dengan jiwanya,” tidak, beliau berkata, “berdiri, shalat di makamnya”, jadi kita harus memahaminya secara harfiah, sebagaimana Salafi berkata bahwa kalian harus memahami segala sesuatu secara harfiah. Jadi kita juga melakukannya kali ini. Bagaimana kalian berdiri dan shalat? Tunjukkan kepada Saya, biarkan salah seorang melakukannya. Dengan tubuhnya, dan itulah sebabnya mengapa Allah memberikan para Awliya sebuah stasiun yang tidak pernah diberikan kepada orang lain. Khususnya kepada mereka. Tidak seorang pun yang dapat mencapai level itu.

Sayyidina Muhammad saw adalah Rasul penutup, beliau adalah Rasul pertama dan sekaligus Rasul terakhir. Beliau mencakup segalanya, seperti dua kutub, dua magnet. Satu magnet positif, yang lain negatif, keduanya tarik-menarik. Menarik alam semesta ini secara bersamaan. Kenabian beliau adalah sejak awal, itulah sebabnya Sayyidina Muhammad bersabda, jika kita mempunyai akal yang bisa mengerti, “Aku adalah seorang Rasul ketika Adam u masih berwujud antara tanah liat dan air,” dan “ Aku adalah Rasul penutup.” Jadi beliau lebih tua dari masa sejak awal penciptaan hingga akhir penciptaan. Penciptaan itu terletak di antara kedua kutubnya. Beliau adalah kutub magnet yang mengendalikan segalanya, dengan izin Allah kepada Sayyidina Muhammad. Dan itulah sebabnya Allah berfirman, “Jika bukan untukmu, Aku tidak akan menciptakan semuanya.”

Jika kalian Arab, alhamdulillah. Itu adalah salah satu yang patut disyukuri sebab Rasulullah saw adalah Arab. Kehormatan kita sebagai orang Arab berasal dari kehormatan Rasulullah , Sayyidina Muhammad saw. Dan beliau bersabda, “Tidak ada perbedaan antara Arab dan non-Arab kecuali dalam hal ketaqwaannya.” Kalian datang ke sini untuk memperingati dan merayakan seorang yang telah Allah berikan kekuatan spiritual—Sayyidina Abdul Qadir Jilani . Dan dengan melakukannya, kalian juga diberi kehormatan dan cinta kepada Sayyidina Muhammad sebab Sayyidina Abdul Qadir Jilani k adalah cucu beliau.

Sebelum Saya akhiri, Saya ingin mengatakan bahwa, alhamdulillah, Allah akan melindungi ummat ini. Dan kita berada di jalur yang benar. Kita senang untuk mengucapkan, “Semoga Allah membagi apa pun pahala yang Dia berikan dalam pertemuan ini demi kemuliaan dan pujian kepada Nabi Muhammad , dan apapun berkah yang diberikan Allah kepada Sayyidina Abdul Qadir Jilani k dan seluruh aliran Sufi, seluruh orang spiritual, dan seluruh Ahl as-Sunnah wal Jama’ah. Semoga Allah membagi kita dengan berkah yang diberikan kepada Sayyidina Abdul Qadir Jilani k, dan berkah kepada Sayyidina Muhammad saw. Dan kita memohon kepada Allah untuk membawa seluruh hati kembali kepada Ahl as-Sunnah wal Jama’ah. Menjadi satu hati dalam kesatuan. Insya Allah. Faatiha.

Wa min Allah at taufiq

Jumat, 27 Maret 2009

Perlindungan bagi Mulut & Lidah

Perlindungan bagi Mulut & Lidah
Mawlana Syaikh Hisham Kabbani

Perlindungan bagi Mulut & Lidah,
Menjaga keselamatan Mulut :

• Ini adalah sebuah Bukaan Suci, ini adalah dimana
lidah bersaksi kepada Allah Ahad.
• Lidah Kebenaran dan tenaga percakapan.
• Makan hanya Makanan yang Ditetapkan secara Ilahiah
• Menghindar dari Makanan dan Minuman yang terlarang
• Berbicara kalimat yang baik -Kebenaran
• Mengurangi Kemarahan
• Tetap menjaga Lidah terbasahi dengan Dhikrullah
atau ingatan yang esensi.
• Rahasia SIWAK (tusuk gigi) adalah kayu pentanahan
untuk membuang energi negatif dari mulut.
• Karena dia mengatakan : Wa in min shayyin illa
yusabhih bihamidiwa laakin laa tafqahoona
tasbihahum Itu artinya Segala sesuatu hadir dalam
Pepujian kepada Nya – bahkan sebuah batu karang
juga memuji Nya – dia memiliki Energi Atom.
Dampak Berbahaya

Mulut adalah Saluran untuk Energi dan Makanan untuk pemeliharaan keberadaanmu, begitu kamu makan, 32 gigi mengunyah makanan yang penuh dengan energi.

• Kemudian energi itu dibagi di antara 16 gigi
mengambil energi baik.
• 16 gigi mengambil energi jahat.
• Energi itu kemudian disebarkan ke seluruh tubuh,
khususnya dikirim ke jantung. dan lambung.
• Makanan Sampah (minuman haram), dan kata-kata
buruk, sumpah serapah, bentakan, teriakan
kemarahan adalah Racun di dalam mulut dan kemudian
dikirimkan ke seluruh tubuh.
• Menuju/menyebabkan Penyakit Jantung dan semua
penyakit pencernakan.
• Doa Nabi s.a.w.untuk Siwak di dalam Mulut " Ya
Allah lindungilah jantungku dari sifat buruk,
kemarahan dan mempersekutukan apapun dengan
Engkau." Ini adalah doa yang dia panjatkan ketika
dia menggunakan Siwak. Menunjukkan bahwa terlalu
banyak keburukan yang masuk melewati mulut.

Proses Berserah Diri akan mengembalikan manusia kepada Citra Ilahi. Ini adalah citra Kemuliaan, Cinta, Kehormatan dan Adab (yang Baik).Bahwa Energi dialirkan kepada mahkota di kepala, Itu dijaga keselamatannya dengan sebuah "Penutup". Penutup kepala Shaykhs menekankan pentingnya menutupi Ubun-Ubun dan Taj atau Topi Segitiga di bawah Kain Turban menuding kepada Langit (Surga) memperlihatkan bahwa Islam-Iman-menggiring kepada Ihsan .

Agama plus Iman = Akhlaq Mulia. Kamu dapat membayang kan sebuah hubungan energi ke dalam jantung ruhaniah dari alam semesta dari Lataif/ Chakra mahkota kamu, sambil berniat bahwa kamu berjajar/ber-resonansi dengan maksud ruh tertinggi, sementara masih terhubung dengan baik kepada dataran fisik.

Bayangkan energi dari atas , semua terfokus kepada satu titik, pada puncak Turban dan seperti sebuah cahaya laser yang mencair memasuki Lataif/Chakra Mahkota. Kamu terbungkus di dalam diri sendiri dan tersambung dengan Bumi dan (alam) fisik dan kepada sumber ruhaniah pada waktu bersamaan dalam sebuah keseimbangan harmoni dengan alam semesta . Energi yang terfokus dari Surgawi kepada Mahkota Kepala. Kain Turban adalah cabikan kuburan dari pencari untuk mengingatkan dia bahwa hidup ini hanyalah sementara dan bahwa akhirat adalah tempat tinggal yang abadi (Eternal).

Rambut di Kepala : Untuk lelaki Rambut di kepala mengecilkan kekuatan spiritual dan memperbesar kekosongan dan kebanggan seperti halnya di hutan di mana binatang jantan menghiasi dirinya untuk menarik betina. Kemanusiaan tidaklah seperti binatang, peranan ilahiah bagi Manusia adalah mengabdi Kerajaan Ilahi . Keanggunan seorang manusia terletak pada Mahkota di Kepalanya.

Jenggot : Ini adalah Kekuatan Spiritual Manusia Surgawi. Malaikat akan mengerumuni Jenggot dan mengulasi rambut itu dengan kekuatasn malaikati.

Rahasia Mulut

Dijaga keselamatannya dengan SIWAK {tusuk gigi }
Mulut adalah seperti sebuah Bukaan Suci untuk Makanan, Napas, Perkataan. Ajaran Para Nabi bahwa mengendalikan lubang/bukaan mulut adalah menjadi perhatian tertinggi dan dapat medatangkan hadiah luar biasa atau hukuman abadi. Makanan yang kita santap penuh dengan energi, gelombang radio dan radiasi electromagnetik apapun ada di atmosphere dan memancarkan (energi) dari ciptaan yang diserap ke dalam makanan yang kita santap, udara yang kita hirup.

Energi ini berkumpul di dalam mulut dan akan dicoba diserap olhe gigii dan kemudian dikirimkan ke dalam tubuh, dimana itu akan dibawa ke jantung dan ke dalam darah dan kemudian ke daerah lambung. Jika energi ini Buruk atau dikuasai energi negative, maka Penyaklit Fisik dan Spiritual terjadi. Kebencian menghancurkan gigi, energi Buruk menggelapkan dan melemahkan jantung dan meracuni tubuh.

SIWAK adalah tongkat pentanahan yang akan menarik keluar energi negative dari mulut. Jika energi negative ada dalam mulut, perkataan seseorang adalah seperti api, apabila energi positive ada dalam mulut itu seperti pemanis yang orang dapat menyadap manfa’at darinya.

Doa Nabi s.a.w. adalah " Ya Rabbi sucikanlah jantung ku dari pikiran dan tindakan buruk dan kemarahan " apabila kita menggunakan Siwak yang dibuat dari akar pohon tertentu. Di bagian belakang kita akan mendapati bahwa hadiah tertinggi dari Allah adalah Puasa". Allah memperlihatkan kepada kita bahwa Mulut ini adalah pernyataan/peragaan Ahad Nya dan Lidah yang menyanyikan Pepujian bagi Nya adalah bukaan luar biasa yang menjaga keselamatannya bagi Bukaan Tertinggi dari Jantung bersendi kepada kelestariannya

Membangun Energi Mu

Membangun Energi Mu
Mawlana Syaikh Hisham Kabbani
Membangun Energi Mu & Mencoba Mempertahankannya
Part 1 Core Meditation, Muraqabah/ Sufi Meditation Series Building Energy Defending Against bad Energy Start The Spiritual Healing Please Forward This Article to Your Friends Build Energy

Shaykh al-Kamel (Petunjuk Lengkap )
Contoh Kesempurnaan Lengkap

Pandanglah Dia untuk melihat contoh mu, "Apabila Allah ingin memperagakan Diri Nya, Dia memandang pada ciptaan Nya. Perhatian pertama Nya kepada manusia karena mereka menyerupai Nya. Mereka yang paling menyerupai Nya diantara manusia itu, adalah para wali; maka Nabi s.a.w. berkata tentangnya: Mereka mengingatkan kamu akan Ilahi.'

"Kami juga menyayangkan kamu karena manusia tidak mau membuka diri mereka untuk menarik kekuatan malaikati yang dengannya mereka mencapai tahap ilmu surgawi yang adalah warisan mereka. Itulah yang membuat Kami muncul dalam bentuk kamu manusia dalam berbagai bentuk dan derajat cahaya, dalam tempat berbeda dan kepada masa yang berbeda dari kehidupan manusia, untuk mengingatkan kamu bahwa kamu telah dimuliakan dengan sebuah kekuatan malaikati dan sebuah kemiripan Ilahiah.

Pertahankan kemiripan itu ! Gunakan kekuatan malaikati itu ! Itu akan mengangkat kamu kepada tingkat gemerlap yang tanpanya Allah bersabda: Sesungguhnya, mereka yang untuknya Allah tidak menganugerahkan cahaya, mereka tidak akan mewarisi cahaya!' (24:40) dan Dia bersabda : 'Cahaya bertumpuk cahaya!' (24:35) menyatakan bahwa cahaya dari visi jantung harus dihubungkan kepada cahaya dari kekuatan malaikati, untuk memastikan keberhasilan dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.

Cahaya itu kemudian akan nampak meliputi segenap alam manusiawi seperti sebuah matahari menyingsing dan sebuah rembulan yang menyingsing meliputi segenap ciptaan, tanpa terbenam. Cahaya dari kekuatan ini, pada saat itu, akan membuat setiap diri seperti sebuah rembulan, yaitu, sebuah raga surgawi yang akan memantulkan cahaya asli bagi seluruh ciptaan. Dengan cahaya itu, dunia ini akan dilindungi, cinta akan alam akan menguasai bumi, dan setiap orang akan hidup dalam damai dan cinta, berenang dalam samudera kecantikan dan keselarasan malaikati."

7007,7 Busana Surgawi, 7 Pintu Keagungan

MAHKOTA CIPTAAN ADALAH KEPALA SUCI
Sang Pencari hendaknya menjaga karunia dari Ilahi ini. 2-Telinga untuk Mendengar dengannya, 2-Mata untuk Melihat dengannya, 2-Lubang hidung untuk Bernapas dengannya, 1-Mulut/Lidah untuk Berkata / Merasa dengannya.

Ini adalah 7-pintu yang diberkati pada ciptaan Manusia. Banyak bacaan (ayat) adalah dalam angka 7 untuk alasan ini. 5-Indera Pendengaran, Penglihatan, Peraba, Penciuman, Perasa. Jika dijaga Titik Ini adalah pintu bagi semua energi ruhaniah kamu. Jika terluka ini akan menjadi sumber semua kesengsaraan.

Penampakan adalah Buruk untuk Memperlihatkan Jauhnya Kerusakan yang menimpa Ciptaan Mulia ini.

Titik Energi pada Mahkota (Kepala), Mata adalah jendela kepada Jiwa, Hidung adalah Napas Rahmat, Telinga adalah Pintu kepada Jiwa, Mulut adalah Lidah Kebenaran.

Mahkota dari Kepala.
(Diambil dari ajaran Shaykh Hisham Al-Kabbani)

Ubun-ubun terasa lembek ketika baru dilahirkan, ini adalah sumber pancaran agung dari Cahaya dan Energi dari Ilahi . Menjaga keselamatan Titik ini untuk melindunginya terhadap energi Negative yang mencoba untuk merebut energi (Ilahiah) itu dari mu.

Perlindungan Untuk Titik ini
• Wudhu dan penutup Kepala atau peci.
• Juga sewaktu tidur usahakanlah untuk tidur
mengguna kan sebuah penutup kepala.
• Rambut panjang mengambil energi ruhaniah lelaki .
• Untuk perempuan rambut panjang meningkatkan energi
ruhaniah nya.

Al Quran Ketinggian 7:179. Banyak Jinn dan manusia dibuat untuk Neraka : Mereka memiliki jantung yang dengannya mereka tidak mengerti, mata yang dengannya mereka tidak melihat, dan telinga yang dengannya mereka tidak mendengar. Mereka seperti binatang ternak,- tidak bahkan mereka lebih sesat : karena mereka tidak peka (terhadap peringatan).

Telinga, Pintu kepada Jiwa.
1-Telinga, Pintu kepada Jiwa, merupakan Effek yang Membahayakan :

• Dekatilah Rabb mu dari Pintu ini.
• Pendengaran adalah peringkat Pertama.
• Kami mendengar Risalah itu dan kami patuh.
• Ini adalah Pintu Masuk Ilahiah kepada Jiwa. –
Kejahatan mengetahui hal ini, jadi inilah kini
pengaruh yang paling kuat.
• Suara buruk yang dipompakan kedalam telinga dan
menghalangi Pintu kepada Jiwa. Setiap orang
memiliki sebuah walkman seperti menuangkan adukan
semen menutupi pintu.
• Mencoba Menggelapkan dan Membahayakan hakekat itu.

2-Telinga : Pintu kepada Jiwa
Perlindungan untuk Telinga

• Dekati Ilahi melalui Pintu bukan melalui Jendela.
• Perlindungan untuk Pintu ini adalah agar Mendengar
kepada suara di dalam atau kata hati adalah
langkah pertama yang sangat penting menuju kepada
hakekat dalam adalah untuk mendengar makhlu
malaikati-mu menolong kamu.
• Dengarkan hanya al Quran atau Salawat. Membaca
Kitab Suci atau Pepujian bagi Nabi s.a.w.. Nada
yang mengingatkan kamu tentang Cinta dan Kesahduan.
• Cinta & Bacaan Kitab Suci adalah (bagai) bahan
bakar roket bagi jiwa.


Mata, Jendela kepada Jiwa
3-Mata: Jendela kepada Jiwa

Effek Membahayakan
• Mata adalah Keinginan untuk Dunia atau Materi.
• Pernahkah mendengar ungkapan bahwa matamu "Lapar".
• Ilahi memperlihatkan kepada kita melalui teknologi
kami.
• Jika kamu membiarkan computer mu untuk menangkap
tanpa henti penampakan/gambaran khususnya yang
negative. Hard Drive mu akan "berantakan/crash."
• Jantung mu telah menjadi berantakan dengan gambar
negative, horror, kekerasan, pornographic atau
kasar tanpa henti.
• Semua gambar disimpan dan sukar untuk dimusnah
kan. "Melupakan gambaran adalah sangat sukar "

4-Mata: Jendela kepada Jiwa
Merupakan Perlindungan untuk :

• Untuk "mengambil Dunya" atau Materialism seseorang
harus "Sering Menutup Matanya" dan Meditasi.
• Perlindungan Bukaan Ini adalah untuk Mengurangi
pengambilan gambar yang membahayakan.
• Pandanglah hanya yang Baik, baca kitab suci itu
adalah gambar/citra yang perlu diingat.
• Tutuplah Matamu terhadap Dunia Materi dan Mintalah
kepada Ilahi untuk Membuka Mata Jantung/Hati.

Lubang Hidung: Napas Ilahiah
Nafas Rahma. 5-6- Lubang hidung : Karunia Ilahiah dari Hidup dalam Napas

”Misi paling penting bagi seorang pencari dari Thariqat ini adalah untuk menjaga keselamatan napas nya, dan dia yang tidak dapat menjaga keselamatan napas, akan dikatakan tentangnya, 'dia telah menyesatkan dirinya sendiri.'"

Shah Naqshband (q) berkata, "Thariqat ini dilandasi atas napas. Jadi adalah wajib bagi semua orang untuk menjaga keselamatan napasnya dalam waktu menghirup nya dan melepaskan dan lebih jauh, mejaga keselamat an napasnya dalam jangka waktu antara menghirup dan melepaskan."

Janganlah tidak peduli tentang Karunia Hidup yang adalah "24ooo napas dalam tiap harinya ". Hidup kita di dunia adalah Satu napas lagi. Semua rencana di dunia tidak akan berubah jika itu adalah napas kita terakhir. Pujilah Hidup Ilahiah yang (berada) dalam Setiap Napas. Menghirup Hu Allah dan menghembus Hu.

Sang Jahat menginginkan untuk memenuhi saluran ini dengan rokok atau narkoba untuk menentang Karunia Ilahiah Napas.

Mulut & Lidah Kebenaran

7-Mulut/Lidah: Mawlana Bistami : dia berkata, "Untuk tiga puluh tahun, ketika saya ingin mengingat Allah dan melakukan dhikr saya biasa merncuci lidahku dan mulutku untuk mengagungkan Nya."

Lidah Kebenaran, Saluran Suci bagi Makanan dan Tenaga bagi Umat Manusia.

Itulah sebabnya Ilaha mewajibkan "Puasa ",
• Itu adalah tindakan/amal Tertinggi yang dapat
dilakukan seseorang dengan ganjaran tertinggi dari
Ilaha.
• Ketika kamu memutuskan untuk benar-benar berpuasa :
• Sucikan semua Pendengaran,
• Penglihatan ,
• Napas,
• Rabaan
• Semua "5" Indera Mu Ditundukkan kepada Rabb mu,
maka "5" Levels Uantungmu juga akan tunduk kepada
Rabb.
• Dia akan membuka bagimu dari "Lidah Kebenaran ".

Al Quran Maryam 19:50. Dan Kami menganugerahkan Rahmat Ku kepada mereka, dan Kami mengabulkan bagi mereka kemuliaan yang tinggi pada lidah kebenaran.

Hadiah Allah Tertinggi adalah Karunia Kebijaksanaan. Seseorang yang memiliki kekuatan untuk menghidupkan yang mati. Jiwa yang Mati, yang membutuhkan Haqiqat Surgawi.

Al Quran 2:269. Dia mengkaruniakan kebijaksanaan kepada siapapun yang Dia kehendaki; dan dia yang kepadanya kebijaksanaan dikaruniakan sungguh telah menerima keuntungan yang berlimpah; namun tidak seorangpun akan memahami Risalah itu kecuali mereka yang mengerti.

Minggu, 22 Maret 2009

Tongkat dan memelihara keselamatan

Tongkat dan memelihara keselamatan
Mawlana Syaikh Hisham Kabbani


Tongkat dan memelihara keselamatan Energi-mu. Itu adalah Mekanisme Pentanahan kamu. Mengambil dari Langit (surga) dan mengirim Negative kepada Bumi.
Dua kaki dan Sebuah tongkat seperti colokan listrik modern. Inbi adalahcara semua Utusan Ilahi.

Pentanahan

Kini kita melihat bahwa Hadirat Ilahi mengirim utusan untuk mengajarkan kitab, hukum, morals namun lebih dari itu semua bagaimana mencapai kesempurnaan untuk kembali kepada Keadaan Malaikati di mana mereka diciptakan. Kamu tentunya terbiasa dengan energy pentanahan listrik dan sifat-sifatnya, melalui pengalamanmu dengan sinar matahari. Itu adalah jenis energi yang menghangatkan, memencar, yang dapat membuat kamu merasa terbuka, puas, dan terselimuti atau tertawan.

Di sisi lain, terlalu banyak energi listrik yang masuk dapat membuat kamu melayang-layang, hilang orientasi, terbakar hangus ("tergoreng"), atau was-was dan mudah tersinggung. Terlalu banyak (atau terlalu sedikit) energi surgawi dapat membuat kamu haus akan gula.Terlalu banyak (atau terlalu sedikit) energy bumi dapat terlihat dengan sendirinya melalui haus garam.

Jumat, 20 Maret 2009

Pertempuran Abadi Antara Energy Surgawi & Energy Bumi.

Pertempuran Abadi Antara Energy Surgawi & Energy Bumi.
Mawlana Syaikh Hisham Kabbani
Pertempuran Abadi Antara Energy Surgawi
Dan Energy Bumi.

Bagaimana untuk Menyeimbangkan dan
Menjaga Keselamatan diri.

Symbol ini mengungkapkan sebuah aliran berkesinambungan dari "Qudra" atau Kekuatan dalam sebuah arah melingkar ketika itu menciptakan dua kekuatan yang berlawanan dari positive dan negative, kegelapan dan cahaya, surgawi dan bumi, lelaki dan perempuan. { Binary Active 1, Passive 0}

Kedua Kekuatan ini saling inter aksi untuk menyeimbangkan masing-masing kelebihannya dan untuk membawa kepada keberadaan realitas/domain fisika dan meta-fisika. Yin dan yang mewakili semua prinsip yang bertentangan yang ditemukan di alam semesta.

• Di bawah yang { Active atau 1} adalah prinsip tentang kelakian, matahari, penciptaan, panas, cahaya, Surga/Langit, dominasi, dan sebagainya, dan
• Di bawah yin { Passive atau 0} adalah prinsip tentang keperempuanan, rembulan, selesai/akhir, dingin, gelap, bentuk materi, kepasrahan, dan sebagainya.
• Masing-masing lawan ini menciptakan lainnya:

Pentanahan di dalam diri elemen Tubuhmu adalah sebuah perubah (transformer) energi. Kamu menyerap energi electrik dari alam semesta. Kamu menyerap energi magnetik dari bumi, dan tubuhmu mencampurkan dan menggunakan dua energi ini, umumnya dalam daerah sekitar Puser dan Jantung.

Bagian bawah tubuh adalah pintu masuk untuk sejumlah banyak energi magnetik. Itu adalah sesuatu yang dapat kamu sebut sebagai energi "pentanahan ke bumi ". Dan bagian atas kepala dan bagian belakang leher kamu adalah yang biasanya menjadi pintu masuk untuk energi electrik atau "pentanahan ke langit ".

Dalam dirimulah Bumi dan Langit bertemu & bercampur Itu adalah sifat alamiah kamu untuk menyatukan dua bahan bakar” ini untuk hidupmu di planet ini.
Itulah sebabnya kamu memiliki sebuah Fisik yang Memerlukan Energi Bumi. Kamu juga memiliki sebuah Ruh yang Memerlukan Energi Langit.

Energy Bumi adalah juga sesuatu yang kami yakin kamu mengetahuinya dengan baik. Itu berat dan padat. Itu lamban, megah dan meyakinkan. Jika kamu tiduran di bumi sesaat, sambil merasakan kepadatan bumi ini, dukungan dari tanah di bawah kamu, beratnya menjadi makhluq fisik, itu adalah energi magnetik.

Terlalu banyak dari energi ini dapat membuat kamu merasa bingung, malas, terhambat, atau mengantuk.
Pancaran Surgawi Menghujani kamu. Energi Bumi datang melalui kontak dengan bumi. Kekuatan ini berbenturan dengan Abdomen (daerah lambung). Nabi s.a.w. mengingatkan kita bahwa semua penyakit berawal dari perut. {Lelaki&Perempuan }

Diatas kita mengupas Perlindungan untuk Kepala, Mulut, Tangan, dan aspek pentanahan dari Tongkat dalam Penyembuhan Sufi. Kesemuanya ini kini menunjukkan bagaimana untuk menarik energi ke dalam tubuh kamu, bagaimana untuk menyimpan energi itu dan bagaimana melepaskan energi negative yang tidak kita kehendaki.

Rahasia besar berada dalam Peranakan seprang perempuan yang disebut "Rahm" – “RaHaMeem" rahmat dan rahasia ciptaan adalah karunia Allah. Tanpanya kita tidak akan terlahir dan daur kehidupan tidak akan berlangsung terus. Melindungi titik itu, Meditasi pada titik itu dan menutupinya dengan pakaian adalah sangat penting sebagai menjaga keselamatannya.

Syaithan ingin membuat terbuka titik itu dan menarik rahasia kehidupan dari perempuan. Mereka menyantap / menyedot energi itu yang tidak mereka miliki. Selalu terhubunglah dengan mereka yang lebih shalih dari diri kita. Ini adalah pondasi thariqat kita Lakukanlah Meditasi Inti Step 1 atau Sufi Meditation Muraqabah Rabita Shareef Taffakur Next Protection Against Evilness.

Kebenaran Tentang Ba’iyat

Kebenaran Tentang Ba’iyat
Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
Suhbat, 07-07-2003, Jakarta, Indonesia


Audhu billâh min ash-shaytân ir-rajîm Bismillâh ir-rahmân ir-rahîm
Nawaytul arbâ`în, nawaytul `itikâf, nawaytul khalwat, nawaytul
riyâda, nawaytus salûk, nawaytul `uzla fî hâdha al-masjid.
"`Ati-Allâha wa ati`ur-Rasûla wa ulil-amri minkum" – "Hai orang beriman! Ta’ati Allâh, dan ta’ati Rasul, dan mereka yang diberi kewenangan di antara kamu." [ QS 4:59]. Dan ta’at kepada Nabi Muhammad (s.a.w.) adalah ta’at kepada Allâh swt. Dia bersabda : man yut`i ar-rasûl faqad ata` Allâh. "Dia yang ta’at kepada Rasul, ta’at kepada Allâh" [QS 4:80]. ay wada` ar-rasûl mumathilan `anhu. yumathil rabbil `alamîn. Dia bersabda “Barangsiapa ta’at kepada Nabi sungguh ta’at kepada Allâh. Itu artinya Dia menaruh Nabi (s.a.w.) mewakili Diri Nya di Tempat Nya. Itu berarti bahwa tiada jalan untuk mendapat keta’atan kepada Allâh tanpa keta’atan kepada Nabi (s.a.w.). Itu artinya bahwa tiada pintu kepada Allâh tanpa pintu kepada Nabi (s.a.w.). Itu artinya tiada jalan untuk memasuki Surga tanpa Nabi (s.a.w.). Itu artinya bahwa tiada jalan menjadi Muslim tanpa mengatakan Muhammadu Rasûlullâh. Meskipun sekiranya engkau mengatakan lâ ilâha ill-Allâh jutaan kali, tiada jalan menjadi Muslim tanpa menyebut Muhammadun Rasûlullâh.

Maka Kebesaran apakah yang Dia berikan kepada Nabi Muhammad (s.a.w.). Busana apa yang Dia pakaikan kepada Nabi dari asma ‘ul-husna Allâh, tak seorang pun yang tahu. Jika seorang raja memiliki seorang putera, yang juga seorang putera mahkota, apa yang diperbuatnya untuk anaknya itu ? Jika sang raja mau pergi ke tempat lain, anaknya itu yang mewakilinya (menjalankan tugas sehari-hari ?). Dan sang raja tidak akan bahagia jika anaknya hanya berpakaian yang biasa-biasa saja, tetapi dia akan mendadani-nya dengan busana yang diberi dekorasi (tanda kebesaran) dan dengan berbagai medali di dadanya untuk membuatnya nampak sangat berbeda (anggun). Sehingga ketika Sang Putera Mahkota menampakkan dirinya (ke publik), wow, semua orang merasakan hormat dan kemuliaan kepada Sang Puter Mahkota.

Ini adalah (yang dilakukan) raja bagi anaknya, seorang manusia. Apapun yang diberikan raja kepada anaknya, suatu hari akan berakhir. Apakah ayahnya itu akan meninggal atau anaknya yang mungkin meninggal dan semua itu menjadi hilang. Tetapi apa yang Allâh Al Hayyu, berikan kepada Nabi (s.a.w.) tidak akan mati (hilang ?). Apa yang Allâh swt berikan kepada Sayyidina Muhammad (s.a.w.) adalah tetap hidup (abadi). Dia bersabda, inna alladhîna yubây`ûnaka innamâ yuba`yûnallâh – "Lo! Mereka yang berba’iyat kepadamu (Muhammad), berba’iyat kepada Allah. Tangan Allah berada di atas tangan mereka." [QS 48:10].

Qâla man yubâ'yaaka Yâ Muhammad, faqad bayâ`nî. Dia bersabda, "Barangsiapa memberimu ba’iyat ya Muhammad, (berarti) membuat ba’iyat kepada Ku." Itu artinya ketika para Sahabat membuat ba’iyat kepada Nabi Muhammad (s.a.w.), berarti Nabi (s.a.w.) hilang ke dalam Hadirat Ilahi. Hanya Allâh yang berada di situ. Indamâ qâla inna alladhîna yubâ`ûnaka. [Ketika Dia berkata, "Barangsiapa memberimu ba’iyat…"] Dia membuat sebuah konfirmasi tentang sesuatu. Itu adalah sebuah konfirmasi yang berarti itu harus ditunjukkan kepada orang itu. Jika mereka membuat suatu konfirmasi, mereka harus menunjukkan suatu bukti nyata (jelas, lengkap) : seperti ketika mereka membuat percobaan di laboratorium sains. Mereka harus membuat bukti lengkap apa yang telah dilakukan Allâh. fa Hûa yaqûl, inna alladhîna yubâ`ûnaka... melihat dengan bukti, bukan hanya dari kata-kata, tetapi dengan melihat haqîqat, kebenaran. Mereka yang memberimu ba’iyat mereka memberikannya kepada Allâh. Itu artinya pada saat itu, ketika para Sahabat meletakkan tangan mereka bersama Nabi (s.a.w.), mereka berada dalam Hadirat Ilahi, dia membawa mereka kepada Hadirat Ilahi, al-hadarat al-ilahiyya. Mereka berada di sana.

Para Sahabat tidak lagi melihat apa-apa, tetapi mereka berada dalam al- hadarat al-ilahiyya, mereka berada dalam hadirat Ilahi Allâh. Di dunia, jika kamu berada dihadapan seorang raja, engkau tidak lagi melihat dirimu. Wow, kamu bilang, ini adalah raja. Di Indonesia, ada seorang raja pada suatu waktu. Dua ratus juta manusia dibawah raja itu. Apa kamu ini jika dibandingkan dengan 200 juta itu ? Bukan apa-apa. Lalu apa yang kamu pikir ketika kamu berada di dalam Hadirat Raja Di Raja yang Hidup Abadi, yang menciptakan para raja ? Dia yang menciptakan mereka dan membuat mereka memerlukan makan dan minum. Itu artinya mereka juga memerlukan pergi ke kamar kecil. Dengan itu semua Dia membuat para Sahabat sampai di Hadirat Ilahi. Ketika mereka sampai di sana langsung mereka mencapai maqam al-fana'.

Fanâ'un fillâh fana'un fir-rasûl, salla-Allâhu alayhi wa sallam. Mereka tidak lagi melihat diri mereka, mereka hanya melihat Allâh swt melalui mata Nabi (s.a.w.). Itulah mengapa ketaatan mereka kepada Nabi (s.a.w.) adalah 100%. Mereka patuh kepada Nabi (s.a.w.) 100%. Ketika mereka meletakkan tangan mereka dengan Nabi (s.a.w.) untuk ba’iyat, segera setelah tangan mereka menyentuh tubuh sucinya, para Sahabat (serta merta) beradar dalam Hadirat Ilahi. Untuk alasan ini, bila kita memberi ba’iyat kepada seorang wali, serta merta ketika kita menyentuh tasngannya, dia meletakkan kita di Hadirat Nabi (s.a.w.). Itulah sebabnya ketika kita memberi ba’iyat kita katakan Allâhu Allâhu Allâhu Haqq. Walî itu meletakkan kamu di hadirat Nabi (s.a.w.) dan Nabi (s.a.w.) meletakkan kamu di Hadirat Allah, meletakkan kamu di Hadirat Ilahi untuk membakar habis kamu, untuk membakar habis ego mu, sehingga kamu tidak lagi memiliki keinginan kecuali yang diinginkan Allâh atas dirimu.

Ketika kita membaca Sûrat al-Ikhlâs, kita katakan qul Hû Allâhu âhad. [katakan :] qul ya Muhammad. Hû al-ghayb ul-mutlaq alladhee lâ yurâ. Hû. Katakan Hû yang tak dapat dilihat, Dia yang tak dapat dikenali, Dia yang tak dapat dimengerti: yaitu Allâh. Dia yang tak dapat dimengerti, Dia yang tak dapat dilkenali, Dia yang tak dapat dilihat. Yang Satu itu adalah Allâh. Jadi ketika kita mengatakan Allâhû, kita mengatakan itu dalam cara yang bertentangan (berlawanan), kita katakan Allâh Hû. Dalam Sûrat al- Ikhlâs kita katakan Hû Allâh. Yang Satu yang tak dapat dilihat adalah Allâh. Kita tahu Allâh tetapi kita tidak tahu Hû. Allâh tahu Hû. Itulah sebabnya Dia meletakkan Hû pada awalnya (dalam Surat Al Ikhlash). Dia meletakkan Hû didepan Allâh. Hû mewakili Dhâtullâh, Sang Inti. Allâh mewakili asma. Disitu ada Sang Pencipta yang tidak diketahui siapapun, satu yang disebut oleh Allâh sebagai Hû. Ketika kita melakukan ba’iyat, (kepada) Satu yang kita tahu dengan nama Allâh adalah Hû. Begitulah kiranya mereka menelusuri jejak kembali, mereka membawa kita kembali, awliyâ-ullâh kepada Hadirat Ilahi, Hû.

Jadi ketika kita mengatakan Allâh Hû mereka membawamu kepada Hadirat Ilahi. Dan ketika kamu megatakan Haqq, itu artinya kamu meng-konfirmasi bahwa sesungguhnya ruh kamu dapat melihat, namun diri kamu tidak dapat melihatnya. Dan apa yang kamu lihat hanyalah Busana (attributes) Allâh swt, Dia mendadani kamu, tanpa mengetahui Sang Inti, tidak satupun dapat mengetahui Sang Pencipta. Dan itu semua dilakukan, melalui Inna-Allâhdeena yuba`yunaka innama yuba`yunAllâh. Janganlah berpikir terdapat jalan untuk mencapai Allâh swt tanpa (melalui) Nabi (s.a.w.). Dia adalah khaliphatullâh fil ard. Bukan hanya di dunia ini saja, tetapi di seluruh penjuru alam semesta ini. Apapun yang diciptakan Allâh, Muhammadu Rasûlullâh adalah khalipha. Dia adalah wakil Allâh untuk semua ciptaan. Itulah mengapa dia (s.a.w.) mengatakan, "Âdam wa man dûnahu taht liwayî yawma al-qiyâma" – "mereka berada di bawah panji-panji (bendera) saya : mereka harus mendatangiku untuk membawa mereka ke Surga." Dia mengatakan, Anâ sayyida waladi âdama wa lâ fakhr. - "Saya adalah majikan bani Adam dan saya tidaklah berbangga." Apa pula ini, "Anâ sayyida waladi âdama?" Dan Allâh bersabda, Wa laqad karamnâ banî âdam. – "Kami memuliakan bani Adam" [QS 17:70].

Dan Allâh bersabda, Alam taraw ann Allâha sakhara lakum mâ fis-samâwâti wa mâ fil-ard. - "Tidakkah engkau lihat bahwa Allah telah menaklukkan kepadamu segala sesuatu di langit dan di bumi …?" [QS 31:20] Itu berarti bagi bani Adam, segala sesuatu di langit dan di bumi adalah di bawah mereka. Maka itu berarti, karena dia adalah majikan bani Adam, dan semua berada di bawah mereka ini (bani Adam), maka itu berarti bahwa tidak ada satupun dapat berada di atas Nabi (s.a.w.)Ada malaikat yang berada di bawah perintah Nabi (s.a.w.). Ketika engkau mengambil ba’iyat dari seorang murshid, murshid haqîqî, murshid sungguh, para malaikat tadi menjadi saksi dan mereka membuat awrâd (dzikir) untuk kepentingan kamu sampai dengan Hari Pengadilan. Ketika engkau memutuskan untuk mengambil ba’iyat dari murshid sejati itu, dan tidak dari seorang yang pura-pura menjadi murshid dan bukan pula seorang yang dianggap orang sebagai murshid. Murshid sejati ini jarang, di dunia ini hanya terdapat 124,000 awliyâ-ullâh, hanya itu saja. Jika engka menemui seorang murshid haqiqi, ketika engkau memutuskan untuk mengambil ba’iyat darinya, pada saat itu, para malaikat (sejumlah yang bilangannya tidak dapat kamu bayangkan) itu dianugerahkan kepadamu untuk melayanimu. Bagaimana caranya melayani kamu? Apakah engkau berpikir ketika engkau menerima ba’iyat, engkau datang dengan baju kotor seperti itu dan tubuh kotor dan hati kotor, dalam Hadirat Nabi (s.a.w.) ?

Serta merta para malaikat itu akan merubah penampilan mu sepenuhnya seperti pada saat (kamu ditanya di alam ruh) "Alastu bi-rabbikum" dalam menerima ba’iyat dengan Shaykh dan Shaykh membawamu kehadirat Nabi (s.a.w.) dan Nabi (s.a.w.) membawamu ke dalam Hadirat Allâh swt. Jika engkau (hendak) menemui orang, engkau akan mandi sehingga tidak bau. Apakah kamu berpikir ketika orang-orang berdatangan dengan berlari untuk mengambil ba’iyat, dengan tubuh yang tidak dibersihkan dan baju kotor adalah cara yang benar untuk mengambil ba’iyat? Tidak. Haa. Segera setelah engkau mengucapkan "saya mau di- ba’iyat" bahkan dalam baju kotor dan hati kotor, segera setelah kamu datang kesitu, para malaikat itu, dengan sentuhan mereka, mereka menyiram (semprot) kamu dengan busana dan dandanan cantik ini dan pada saat itu kamu kelihhatan seperti seorang yang lain, seperti manusia berpenampilan malaikat yang memakai baju surgawi; duduk bersama murshid itu. Murshid itu juga merubah penampilannya, kepada gambaran spiritualnya, sebagaimana dia terlihat di hadapan para awliyâ dan Nabi (s.a.w.), dan membawa kamu bersama segenap para malaikat tadi dalam busana yang telah mereka berikan kepadamu, sebagaimana dikatakan dalam hadits, "mâ jalasa qawman yadhkurûnallâh illa hafathum al-mala'ika wa gashîyahum ar-rahmat wa dhakarahumullâha fî man `indah." – "Tiada akan sekelompok orang yang duduk, yang meengingat dan menyebut Allâh, kecuali para malaikat akan mengelilingi mereka, dan mereka akan diselimuti rahmat dan Allâh akan mengingat mereka diantara mereka yang berada dalam Hadirat Nya."

Ba’iyat seperti itu merubah kamu. Sehingga kamu menjadi seorang manusia tetapi memiliki kuasa malaikati surgawi – jadi ketika engkau berbaju kuasa malaikati ini, ketika engkau memasuki Hadirat Ilahi engkau tidak pingsan, engkau tidak menghilang. Karena engkau menjadi sebuah cahaya, dan sebuah sumber cahaya. Apa yang berada dalam hati awliyâ, kami tidak dapat mengatakan semuanya. Mereka tidak mengijinkan kamu mengatakan semuanya, bila tidak engkau akan tenggelam. Namun ada sebuah berita gembira bagi kita semua, bahwa dengan baraka guru murshid kita Shaykh Muhammad Nazim al-Haqqani, kita berada dalam kategori (golongan) itu. Aminn, Fatihah

Meditasi Sufi

Meditasi Sufi
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani


Dewasa ini banyak guru yang mengajarkan metode meditasi kepada kalian. Tetapi biasanya mereka tidak berdasarkan pada agama Kristen, Yahudi atau Islam, banyak orang yang berpikir bahwa meditasi merupakan metode yang diturunkan dari agama lain. Tetapi bukan itu yang menjadi masalahnya. Meditasi adalah suatu metode yang telah diberikan kepada manusia pertama, dengan wahyu pertama, kepada Rasul pertama. Apa manfaat dari meditasi dan bagaimana kita mencapai keadaan yang diinginkan? Dalam semua kitab suci, baik Taurat, Injil maupun al-Qur’an disebutkan bahwa meditasi adalah suatu metode untuk mencapai Hadirat Ilahi. Ketika kita sampai berhadapan dengan Sang Pencipta, kita akan meninggalkan segalanya. Tidak ada yang tersisa kecuali jiwa kalian. Jika Saya mencoba untuk mendatangi dan memukul kalian dengan sebilah pedang, kalian tidak akan terluka. Dalam keadaan itu, tidak ada yang dapat menyentuh kalian secara fisik, karena tubuh akan memasuki jiwa kalian. Dalam keadaan normal yang terjadi adalah kebalikannya, jiwa kita terperangkap dalam tubuh. Dalam keadaan meditasi yang sempurna, jiwa kalian menutupi tubuh dan kalian menjadi ruh. Suatu ketika ada seorang Grandsyaikh, Syaikh Abdul Qadir al-Jilani k. Ketika beliau bermeditasi, beliau terus mengucapkan, “Ana al-Haqq! (Akulah Kebenaran!)” Orang-orang di sekitarnya merasa tersengat dengan pernyataan ini sehingga mereka mulai menyerangnya dengan pedang, tetapi tidak terjadi apa-apa padanya. Mereka tidak dapat menyentuhnya.

Ketika Maulana Rumi sedang berada dalam meditasi yang sesungguhnya, beliau akan berputar dan tubuhnya terangkat ke udara. Beliau mempunyai hubungan penuh dengan Hadirat Ilahi. Menurut pengetahuan tradisional kita, meditasi mempunyai beberapa tahapan sebelum mencapai posisi puncak. Jika kalian menjaga aturan tersebut, meditasi yang sejati dapat kalian alami setiap saat. Setiap orang harus berusaha untuk tetap melaksanakan segala aturan yang berlaku dalam agamanya, yang pertama adalah memuji Tuhan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasul kepada kita. Kemudian kita dapat duduk di tempat yang tenang, lebih baik lagi jika ruangan itu gelap, lalu tutupi dan tarik diri dari segala yang berada di sekitar kita. Kita sepatutnya tidak mendengar atau merasakan sesuatu, melainkan hanya berpikir bahwa kita sedang berada dalam satu kesatuan dengan Wujud Allah dalam Hadirat-Nya. Walaupun hanya berlangsung selama 5 menit, meditasi akan memberikan kekuatan kepada kita. Hal ini nantinya akan meningkat dan menciptakan elang perdamaian di luar merpati perdamaian. Bahkan jika seorang teroris melihat kalian, dia akan tersungkur. Dengan meditasi kalian dapat memperoleh kekuatan yang luar biasa. Jangan berpikir ini adalah sesuatu yang mudah. Ini adalah kekuatan yang paling penting yang telah dianugerahkan kepada ummat manusia.

bihurmati habib, fatihah

Penyembuhan Spiritual

Penyembuhan Spiritual
Syaikh Muhammad Hisham Kabbani
disampaikan dalam seminar SPIRITUALITY AND HEALING IN MEDICINE II
Harvard Medical School 1997


Minat yang diperbaharui dalam metode penyembuhan spiritual hanya akan membantu lebih jauh pengobatan moderen karena kita juga menarik manfaat dari pengalaman dan pengetahuan dari para pendahulu di bidang penyembuhan yang mulia ini. Sayangnya, masalah ini telah terlalu sering diabaikan dan dikesampingkan oleh banyak dokter pada masa kini, sekalipun penyembuhan seperti ini telah berhasil diterapkan selama ribuan tahun.

Sebuah pikiran ilmiah yang tidak dibayangi oleh praduga dapat membedakan validitas dan manfaat suatu pendekatan yang komprehensif terhadap kesehatan yang meliputi penyembuhan spiritual. Profesor John Taylor dari King’s College, London menyatakan, “Sebuah penelitian ilmiah hanya dapat menyelidiki sesuatu yang sifatnya fisik saja. Masalah-masalah yang bersifat non-fisik, kemungkinannya adalah mental, spiritual, ghaib, keabadian, atau yang lainnya sejauh ini tetap tak tersentuh analisis ilmiah.”

“Tentu saja ada jalan untuk mendapatkan pengetahuan tentang pengalaman aspek non-fisik tersebut yang memberikan pandangan berguna dari sifat-sifatnya, namun hasil-hasil yang diperoleh begitu sulitnya untuk diterangkan dan dihubungkan dengan kelompok ilmu pada umumnya. Memang, belakangan ini seorang ilmuwan harus amat berhati-hati untuk menghindari bias, di sisi lain dia menjadi terlalu skeptis. Dia bahkan terang-terangan menolak mempercayai apa yang nampak di hadapannya sebab tak dapat masuk ke dalam pandangan kebendaannya akan dunia…. Ilmu pengetahuan telah demikian berevolusinya sejak seabad silam. Seharusnya ia dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Bila tidak, metode ilmiah sungguh akan tersingkirkan dan tak akan pernah bangkit lagi.” (John Taylor, Superminds hal. 55-56)

Ilmu Pengetahuan dan Penyembuhan Spiritual

Para ahli penyembuhan spiritual itu, sebenarnya merupakan ilmuwan sejati dan mereka telah sampai pada kesimpulan bahwa di balik setiap penciptaan—baik itu sebuah atom, sel, atau pun semesta—pastilah ada Sang Maha Pencipta. Karenanya, mereka menyatakan bahwa pasien mereka dapat disembuhkan dengan cara berpaling pada Sang Maha Pencipta itu melalui do’a, dzikir dan mengingat Asma’-Nya.

Banyak ilmuwan modern menyadari bahwa bila suatu ilmu pengetahuan tidak mendidik, menginspirasikan ataupun menuju pada kesimpulan serta kesadaran, bahwa awal dan akhir, luar dan dalam dari keseluruhan, apapun yang berada di antara langit dan bumi berdenyut dengan enerji yang memberi kehidupan dari Sang Maha Pencipta, maka ilmu pengetahuan tersebut tidak dapat dikualifikasikan sebagai sesuatu yang normal.

Dr. Robert G. White, seorang ahli bedah syaraf yang terkemuka, adalah satu dari banyak ilmuwan dan dokter yang melalui penelitiannya sampai pada kesimpulan bahwa manusia bukan saja datang secara bersamaan, namun juga adalah ciptaan Sang Maha Pencipta yang Maha Mengetahui.

Beliau menulis, “Saya yakin bahwasanya otak adalah tempat tersimpannya jiwa manusia, roh… , bagi saya, praktek pengobatan, keimanan dan keagamaan saling terjalin dengan erat. Saya banyak berdo’a, terutama sebelum dan sesudah pembedahan. Saya menyadari bahwa do’a tersebut memuaskan. Saya merasakan adanya sumber kekuatan yang dahsyat di belakang yang mendukung saya, sumber yang saya perlukan dan inginkan…”

“Namun demikian, pendapat yang menyatakan bahwa hidup manusia tak lebih dari sekedar kesempatan dari sekumpulan biologi mulekular kompleks dan aktivitas elektrik, menghantam saya sebagai suatu yang menyimpang dari logika…. saya harus mempercayai bahwa semua ini memiliki awal yang cerdas, bahwa Sesuatu telah membuatnya terjadi. Saya tak dapat menerima pendapat bahwa, pada suatu titik waktu acak tertentu, material-material nyata, seperti kecerdasan, kepribadian, ingatan, dan jasad manusia terpilih secara bersamaan.

“Saya juga menemukan bahwa sesungguhnya tidak beralasan untuk menduga pada kematian otak, material-material yang nyata keberadaannya dan sangat kuat dari kecerdasan, kepribadian, dan ingatan, hilang begitu saja. Yang jauh lebih masuk akal adalah mempercayai bahwa inti dari kita adalah membebaskan diri dari suatu wadah, yaitu otak, yang tak mampu lagi untuk menopang kita dan menemukan topangan lain dalam dimensi yang baru.”

“Karena apa yang menjadi inti dari kita adalah pada kematian otak. Saya tak dapat mengira atau bahkan berspekulasi. Saya hanya dapat berkata bahwa logika tak dapat dipungkiri lagi, menuntun saya pada keimanan-keimanan bahwa keunikan, individualitas dari manusia hidup dalam konsep yang kita sebut dengan roh.” (R.G. White, M.D. Thought of a Brain Surgeon, Readers Digest Oktober, 1978)

Sisi Ilmiah dari Penyembuhan Spiritual

Secara tradisional, aspek ilmiah dari penyembuhan spiritual telah diajarkan dan disampaikan dari satu penyembuh kepada yang lainnya dengan instruksi pribadi secara perorangan. Teknik-teknik ini telah digunakan selama berabad-abad oleh para filsuf yang arif dan para penyembuh dari berbagai penjuru dunia termasuk Jepang, Cina, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Tengah, dan Sub Benua India. Mereka adalah para pelopor dari penyembuhan spiritual yang menemukan dan mempraktekkan teknik-teknik yang tak disadari olah banyak ilmuwan, hingga saat ini. Pada paruh terakhir dari abad ke-20, pengetahuan spiritual ini mulai menyebar dan diajarkan secara bersamaan kepada mereka yang tertarik menggunakan teknik-teknik penyembuhan spiritual untuk mengurangi sakit serta menyembuhkan penyakit.

Proses penyembuhan spiritual meremajakan kembali gaya hidup dari tubuh dan memperkuatnya melalui beberapa titik tertentu di sekujur tubuh. Teknik spiritual tersebut menghasilkan efek neuro-fisiologis yang akan menuju pada sistem syaraf pusat untuk kemudian menghasilkan respon endokrin yang terkomposisi, yang akan mengurangi rasa sakit, menyembuhkan penyakit dari daerah yang terserang, dan lalu memberikan keseimbangan tubuh secara keseluruhan.

Kesehatan Berhubungan dengan Kebugaran Fisik dan Aktivitas.

Tubuh manusia memerlukan makanan dan minuman, namun tak semua dapat dicerna dan mereka tak semuanya menjadi bagian dari tubuh manusia. Zat gizi yang tak tercerna mengendap dan mungkin tinggal sebagai endapan dan karena tubuh tak dapat membuangnya secara alami, seiring dengan waktu, akumulasinya dapat menyebabkan berbagai penyakit. Pada mulanya, akumulasi tersebut mungkin berupa akumulasi yang terlokalisasi sebelum mereka mempengaruhi darah dan diedarkan melalui pembuluh darah ke bagian-bagian tubuh yang dapat dialiri.

Kendati pada mulanya kondisi seseorang mungkin berupa gejala masalah intestinal, seiring dengan waktu, endapan yang tertumpuk lebih banyak menjadi semakin berbahaya dan menjelma menjadi penyakit yang terlokalisasi yang mungkin saja menyebar dalam tubuh pada stadium berikutnya. Oleh karena itu penelitian mengenai patologi penyakit dan sejarah perkembangannya menjadi sangat penting.

Menyadari bahwa penyakit yang menyerang fisik menyebabkan problem intestinal, seseorang mungkin menyesuaikan dirinya dengan pemurnian yang kuat yang mengakibatkan terjadi komplikasi lebih lanjut. Sebenarnya, kebanyakan obat adalah racun dan dapat mempengaruhi dengan jalan menghilangkan bagian yang baik maupun yang rusak. Ketergantungan pada obat-obatan dapat merumitkan lebih parah lagi kondisi seseorang, Karena mereka sebenarnya panas dan bersifat interaktif. Selain itu mereka dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan kondisi pasien dan menimbulkan gejala ‘arrythmias’ (penyakit jantung berdebar), mempengaruhi ginjal dan menyebabkan berkembangnya berbagai kegagalan fungsi organ dan defisiensi. Olahraga yang cukup diperlukan untuk menyegarkan organ-organ tubuh, memudahkan aliran makanan dan zat gizi, memperlancar pencernaan, dan mencegah penimbunan-penimbunan senyawa tertentu.

Lebih jauh, pengendalian alamiah yang berdasarkan metode dari pergerakan dan kegiatan otot akan meringankan jiwa, menyegarkan pikiran, meremajakan organ-organ tubuh (rejuvenate), meningkatkan kepribadian, menguatkan otot, mencegah kakunya persendian, menguatkan tendon dan ligamen otot, mengurangi kemungkinan kesalahan fungsi sel-sel tubuh (somatic cell), dan melenyapkan hampir seluruh penyakit. Hal ini juga tergantung pada tingkat latihan fisik, keseimbangannya, kekuatan atau intensitasnya.

Pada umumnya, rutinitas yang ditujukan pada bagian tertentu akan menguatkannya, seperti halnya memfokuskan pikiran seseorang pada suatu subjek, akan menguatkan ingatannya. Oleh karena itu setiap bagian dari tubuh kita membutuhkan rutinitas tertentu. Paru-paru memerlukan latihan membaca dan levelnya dimulai dari membaca dalam hati, lalu meningkat secara perlahan-lahan dalam intensitas dan kekerasannya. Latihan mendengarkan memerlukan perhatian responsif yang teliti dengan merangsang syaraf pendengaran dan telinga, dan hal ini berkembang pada satu takaran, apakah bunyi tersebut meningkat volumenya atau menurun karena jarak atau pun intensitas dari panjang gelombang seseorang. Latihan berbicara meningkatkan kemampuan oral, disamping itu membantu pengenalan dengan pandangan fisik dan mental. Latihan mata mempertajam pandangan seseorang, memperkuat otot-otot okuler dan dalam beberapa kasus dapat memperbaiki rabun jauh dan rabun dekat. Jadi, hiking, berenang, latihan jalan cepat, berkuda, panahan, dan olah raga semacamnya adalah yang yang paling menyehatkan bagi seluruh tubuh. Melaksanakan program olahraga semacam ini bahkan dapat menyembuhkan penyakit-penyakit kronis di antaranya, seperti: anemia, penyakit-penyakit infeksi, peradangan, dan kolik.

Asal Mula dari Penyembuhan Spiritual Islami

Para penyembuh spiritual mewariskan metode yang dipergunakan oleh para utusan Allah, dan dari generasi ke generasi telah mempraktekkan metode ini hingga kini. Dalam tradisi Islam, para penyembuh memberdayakan keduanya baik pemulihan dengan obat maupun jalan spiritual. Teknik-teknik spiritual mengikuti kaidah-kaidah ilmiah yang memberdayakan enerji laten si pasien dan kekuatan yang terkandung dalam dzikir dan do’a serta itikaf-nya para Nabi, Rasul dan Awliya Allah.

Nabi Muhammad pernah menyembuhkan orang-orang melalui metode spiritual ketika beliau ditanya apakah penyembuhan itu bersumber dari obat-obatan. Beliau bersabda, ”Ya, kalian harus mencari penyembuhan dari obat, karena pada setiap penyakit yang Allah ciptakan di muka bumi ini, Dia juga telah menciptakan penyembuhnya. Namun ada satu penyakit yang Dia tidak ciptakan obatnya, yaitu usia lanjut.”

Masing-masing dan setiap ayat Al-Qur’an yang telah diresepkan memiliki daya penyembuhan yang unik yang berbeda dengan ayat-ayat lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh dari ayat-ayat yang digunakan dalam penyembuhan spiritual.

Enam Ayat Penyembuhan: “Ayat As-Syifa”

“Dan (Allah) akan melegakan hati orang-orang yang beriman” (At-Taubah 9: 14)“Hai Manusia, sesunguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Yunus 10: 57

“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (An-Nahl 16: 69). “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Bani Israil (Al-Israa) 17: 82. “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan .” Do’a Nabi Ibrahim Asy-Syu’raa’ 26:80. “Dan katakanlah (wahai Muhammad) bahwa (Qur’an) itu adalah petunjuk dan menyembuhkan bagi orang-orang yang beriman.”

Seputar Enerji dan Bagaimana Penyembuhan Spiritual Bekerja

Penyembuhan spiritual bukanlah merupakan proses yang misterius sama sekali, melainkan sangat lugas dan terbuka, walaupun seringkali cukup kompleks. Teknik-teknik penyembuhan spiritual melibatkan medan enerji yang terdapat di sekitar kita masing-masing. Setiap orang memiliki suatu medan enerji atau suatu aura yang mengitari dan menembusi tubuh fisik. Medan ini sangat erat berhubungan dengan kesehatan manusia.

Dalam budaya yang berbeda, enerji dikenal dengan nama yang berbeda-beda. Kata ‘enerji’ mengacu kepada :Ki dalam kebudayaan Jepang. Chi dalam kebudayaan Cina, Prana dalam kebudayaan Hindu, Qudra dalam kebudayaan Arab

Enerji adalah nafas kehidupan yang dipancarkan kepada kita dari Yang Wujud, Yang Maha Perkasa dan Baqa, yang memelihara seluruh manusia beserta seluruh ciptaan-Nya. Enerji yang mengatur pola pikir dan emosi kita adalah sumber dari kekuatan hidup kita dan merupakan faktor yang menggerakkan dalam seluruh mahkluk hidup. Ia berputar melalui tubuh kita dan dapat pula digunakan sebagai kekuatan untuk penyembuhan. Itulah yang merupakan sumber dari seluruh pergerakan di dunia ini. Bila tubuh manusia kehilangan nafas kehidupan ini, maka enerji asal (atau kekuatan hidup) akan meninggalkannya, membiarkan tubuhnya untuk membusuk. Tubuhnya kembali ke asalnya yang bersifat bumi, dan rohnya kembali ke asal dari enerji rohaniah yang bersifat malaikat. Enerji ini tak pernah hilang dan tetap ada, tanpa rahasia dari sifat alamiahnya dimengerti oleh ilmu pengetahuan dan pengobatan moderen.

Enerji rohaniah yang tak diketahui ini berada di belakang kehidupan setiap tetes darah dari mahkluk yang bergerak, pergerakan di balik setiap sel hidup, dan kekuatan penggerak dari gugusan-gugusan bintang dan galaksi-galaksi. Ia membawa kekuatan yang lengkap dan sempurna yang nyata, aktif dan berkesinambungan. Gerakan dari kekuatan ini adalah asli karena tak sesuatupun dapat tumbuh atau hidup di seluruh dunia ini tanpa luput dari pengaruhnya.

Hal ini terutama dapat diterapkan di bumi, di-tempat2 yang tidak ada pepohonan, rumput, vegetasi dan benar-benar tak ada kehidupan yang dapat terwujud tanpa intervensi dari enerji yang tak nampak dan tak diketahui ini. Dengan enerji inilah sebuah tanaman kecil, dapat menyeruak di tengah gurun pasir yang demikian luasnya. Kekuatan hidup rohaniah yang energetik ini memegang organ-organ pembuluh darah, dan seluruh bagian tubuh berada di tempatnya. Bila daya hidup tubuh menghilang, maka hubungan antar organ tubuh menjadi berubah dan terganggu, yang akan mengarah kepada kesakitan, disfungsi organ dan gangguan kesehatan secara menyeluruh.

Kekuatan hidup yang bersifat enerji rohaniah tersebut menciptakan medan enerji di sekitarnya seperti magnet yang di-charger (diberi muatan) dengan kuat atau elektroda. Kekuatan ini merefleksikan enerjinya melalui sekujur tubuh manusia dan menjadi kekuatan penggerak hidup di belakang seluruh aktivitas dan prosesnya. Kekuatan hidup tersebut tidak hanya memberikan enerji kepada tubuh namun juga memberinya identitas. Seperti sebuah atom yang diberi ciri oleh susunan elektron-elektron, proton dan neutronnya—yang sekaligus merupakan komponen enerjinya - demikian pula kekuatan hidup rohaniah memberikan enerji dan identitas pada jasadnya.

Enerji penyembuhan spiritual beranalogi dengan air terjun. Bila sebuah air terjun disalurkan dengan cara yang tepat, maka kekuatannya dapat digunakan untuk menghasilkan enerji dan memberikan penerangan. Demikian pula, bila aliran darah disalurkan dengan tepat melalui sistem yang seimbang maka kekuatan penggerak dari enerji tersebut akan menguatkan enerji dari organ-organ yang lemah.

Dalam organ-organ yang kekuatan hidupnya telah melemah dan berkurang, penyembuhan spiritual akan menambah dan mengaktifkan kekuatan-kekuatan vital ini. Teknik penyembuhan spiritual memungkinkan enerji hidup untuk menyebar dengan cepat untuk mengaktifkan anggota yang sakit dan menyembuhkannya.

Fenomena yang sama juga terlihat dalam reaksi atom, di mana kekuatan yang dahsyat dibebaskan dari enerji internal atom tersebut. Enerji yang dihasilkan secara geometris meningkat, sejalan dengan atom yang diaktivasi dan berenerji menyebarkan enerjinya ke sekitarnya, membangun reaksi berantai dari pembebasan enerji.

Prinsip yang sama dari reaksi atom tersebut digunakan oleh para penyembuh spiritual untuk memusatkan dan mengaktivasi kekuatan hidup yang terdapat dalam diri si pasien. Mirip dengan cara yang digunakan ahli pengobatan kontemporer yang mengarahkan laser untuk menyembuhkan bagian tubuh yang terserang, para penyembuh spiritual mengakses reaksi berantai serupa dari enerji yang terdapat di dalam tubuh, menyalurkannya ke bagian yang terserang untuk menyembuhkan sakit dan penderitaan. Bila satu organ mulai sembuh, yang lainnya mengunakan enerji yang dibebaskan untuk mengaktivasi dan membebaskan enerji dalamnya, yang pada gilirannya akan membangun keseimbangan fisiologis dan bebas dari rasa sakit.

Tiga Fase Penyembuhan Spiritual

Gaya Universal--atau enerji kosmik--meliputi enerji-enerji dari planet-planet, bintang-bintang, serta galaksi-galaksi, dan apapun yang berada di sekitar kita yang membangkitkan medan enerji. Gaya yang menyebar ke seluruh bagian yang sangat luas ini memelihara jiwa kita, roh dan enerji dalam dari masing-masing individu dan dalam setiap makhluk hidup. Melalui proses perenungan dari penyembuhan spiritual, seseorang dapat mengakses enerji penggerak yang terdapat dalam setiap sel di dalam tubuh.

Enerji tersebut disalurkan ke korteks otak, yang merupakan pusat proses dari pikiran kita. Dari sana akan difokuskan dan disalurkan secara intens di dalam inti batang otak, yang diaktivasi dan dirangsang dengan kekuatan hidup yang sudah terfokus . Pada gilirannya, impuls dikirimkan ke sistem syaraf otonom, mengatur fungsi tubuh, memeliharanya dalam keseimbangan, dan bebas dari rasa sakit. Konsentrasi enerji di dalam otak menyusun fase pertama dari penyembuhan spiritual.

Proses ini pada gilirannya nanti akan merangsang syaraf vagus untuk mengirimkan impuls listrik ke sistem konduksi jantung ke simpul sinoatrial, melalui saluran antar simpul, melalui simpul atrioventrikular, menuruni Bundles of His, lalu keluar dari serat Purkinje, lalu ke dalam dinding miokardial untuk memulai sistol. Perpindahan enerji yang mengisi jantung ini adalah fase kedua dari penyembuhan Spiritual. Kondisi-kondisi seperti sakit dada karena kurangnya suplai darah ke jantung, gagal jantung congestive, cardiomiopathy dan tekanan darah tinggi, sebagai tambahan dari banyak penyakit jantung yang berhubungan, disembuhkan dan pasien kemudian dapat sehat kembali dan terbebas dari rasa sakit.

Enerjinya kemudian dipompakan bersamaan dengan darah keluar dari jantung melalui sistem vascular dan dikirimkan ke seluruh tubuh dalam fase ketiga dari penyembuhan spiritual Fokus utama dari fase ketiga ini adalah aorta, yang merupakan saluran bagi gelombang enerji yang penyembuh yang dibawa oleh darah.

Seiring dengan mengalirnya darah dari jantung, mula-mula dia dialirkan balik ke jantung melalui pembuluh-pembuluh arteri koroner dalam suatu reaksi rantai yang berkesinambungan dan meningkatkan enerji di dalam jantung itu sendiri, dengan cara yang mirip dengan matahari meningkatkan cahayanya melalui reaksi intinya sendiri. Siklus ini menghasilkan enerji lebih dan lebih banyak lagi, yang dituangkan keluar sistem vaskular dengan titik-titik fokus pada arteri-arteri utama, mensuplai otak melalui arteri karotid. Ia juga berjalan melewati arteri-arteri subclavian menuju ujung-ujung bagian atas, sirkulasi splanchnic menuju perut, melewati arteri-arteri renal menuju ginjal, dan melalui pembuluh-pembuluh panggul menuju ke ujung-ujung bagian bawah.

Volume tetesan darah yang besar bagaikan air terjun yang terjadi dari sungai yang amat besar menuruni sisi jurang dari sebuah gunung yang tinggi. Seluruh tumbuhan dan binatang di sekitar daerah aliran airnya menjadi terawat dan terhidupi dengan baik, dan setiap sel di dalam tubuh tersembuhkan ketika gelombang enerji rohaniah vital mencapainya.

Sebuah jantung yang sehat akan menopang tubuh yang lemah, namun bila jantungnya lemah dan berpenyakit--walaupun dalam tubuh orang yang masih muda--tubuh tak akan sehat dan berusia panjang. Karenanya, memelihara jantung menjadi prioritas pertama bagi para penyembuh spiritual. Lebih jauh lagi, memelihara otak juga merupakan prioritas penting lainnya untuk menjaga aliran pesan berfungsi dengan semestinya.

Praktisi Medis Kontemporer dan Para Para Penyembuh Spiritual

Para dokter dan ilmuwan semuanya mengenal kekuatan hidup yang tak terbilang ini, namun mereka tak dapat berinteraksi dengannya secara langsung, kecuali melalui perantaranya, yaitu jasad fisik. Untuk alasan tersebut, maka para ilmuwan melihat dengan intensif pada jasad luar dan menemukan prosedur-prosedur dan teknik-teknik untuk memelihara tubuh agar berada dalam homeostatis, mengupayakan agar kekuatan hidup vital berada dalam tubuh sebanyak mungkin dan untuk menjaga tubuh agar terbebas dari rasa sakit.

Para praktisi medis kontemporer lebih mengutamakan jasad fisik dan aspek-aspek fisiologi dari keberadaan manusia. Terapi-terapi penyakit secara garis besarnya bersifat fisik baik dalam bentuk pengobatan, perantaraan operasi, atau sebaliknya.

Para penyembuh spiritual, adalah kebalikannya, menggunakan pendekatan dari dalam terhadap penyembuhan dengan menerapkan teknik-teknik spiritual dan metode yang untuk memberdayakan enerji tubuh itu sendiri. Perbedaan antara para penyembuh spiritual dari para dokter adalah bahwa para penyembuh spiritual menyembuhkan dari dalam ke luar sedangkan para dokter dari luar ke dalam. Masing-masing mengerjakan yang baik bagi pasiennya dan keduanya bertemu di atas dasar yang sama bagi penyembuhan penyakit dan mengurangi rasa sakit dan penderitaan.

Persepsi Penginderaan Tinggi (High Sense Perception) sebagai Suatu Alat Diagnostik

Para dokter menggunakan teknik Gambaran Resonansi Magnetik (Magnetic Resonance Imaging=MRI) yang menggunakan enerji dan rangka dari atom-atom tubuh untuk menghasilkan gambaran dan informasi tentang kondisi tubuh dan proses penyakit yang potensial. Para penyembuh spiritual juga telah maju dalam model -model diagnostiknya. Satu yang terpenting adalah HSP, High Sense Perception (Persepsi Penginderaan Tinggi).

HSP adalah suatu jalan untuk mempersepsi hal-hal di luar jangkauan batas normal panca indera. Dengannya, seseorang dapat melihat, mendengar, mencium, mengecap dan menyentuh benda-benda yang secara normal tak dapat dicapai oleh indera manusia.

HSP, kadang-kadang disebut sebagai cenayang, bukanlah imajinasi belaka namun merupakan suatu jenis penglihatan di mana anda dapat meng-indera sebuah gambaran di benak anda tanpa menggunakan penglihatan normal. HSP mempertunjukkan kedinamisan dunia fluida, menginteraksikan medan enerji spiritual yang mengitari dan menembus seluruh mahkluk hidup. Enerji ini menopang kita, memelihara kita, dan memberi kita kehidupan. Kita merasakan satu sama lain dengan enerji ini, karena kita merupakan bagian daripadanya, dan ia merupakan bagian dari kita.

Dengan HSP, maka patofisiologi dari rasa sakit dan proses-proses penyakit terletak tepat di depan matanya. HSP menunjukkan bagaimana kebanyakan penyakit dimulai di medan enerji tersebut. Gangguan pada medan enerji ini disebabkan oleh waktu dan kebiasaan hidup yang tidak sehat yang lalu diteruskan ke tubuh, menjadikannya suatu penyakit yang serius. Seringkali sumber atau asal-muasal penyebab proses ini dihubungkan dengan trauma fisiologi dan/atau fisik.

Karena HSP memperlihatkan bagaimana suatu penyakit terbentuk, ia juga memperlihatkan bagaimana untuk membalik proses penyakit tersebut. Enerji-enerji spiritual dan aura-aura membantu para penyembuh spiritual dalam memformulasikan diagnosis mereka. Untuk mengembangkan HSP, amatlah penting untuk memasuki suatu tingkat kepekaan yang terasah. Ada banyak cara untuk mencapainya, namun meditasi spiritual merupakan satu cara yang cepat dikenal.

Nasma dan Meditasi

Dalam terminologi spiritual, tubuh yang non-fisik dinamakan nasma. Nasma terdapat di dalam setiap jasad fisik sebagai suatu aliran gas yang halus atau hembusan enerji yang tercipta dengan output kimiawi dari jasad fisik. Nasma tersebut hadir dalam manusia bagaikan air mawar hadir di dalam mawar atau bagaikan api dalam arang yang membara. Menjadi utama karena hubungannya dengan sumber enerji Ilahi, ia mampu mengecap tanpa menggunakan lidah, mampu melihat tanpa mata, dan mampu mendengar tanpa telinga.

Dengan menggunakan nasma, HSP dibuat tersedia bagi penyembuh spiritual. Nasma mendapatkan perawatan dari enerji esoterik yang dibebaskan bilamana kita bertindak, berfikir, atau membentuk kepercayaan atau niat. Nasma dalam manusia mampu meninggalkan jasad fisik kapan saja melalui kekuatan kemudi universal.

Bila aliran enerji spiritual terganggu atau tak cukup, maka kesehatan si pasien akan terpengaruh dengan jelek, menuju kepada rasa sakit, penyakit, tekanan, dan selanjutnya. Itulah pertanda bahwa kita perlu untuk menyeimbangkan kembali enerji kita. Suatu aliran enerji positif merawat nasma dan memelihara struktur dan pondasinya, menyeimbangkan sistem manusia tersebut. Keseimbangan ini mengarah pada meningkatnya kewaspadaan penginderaan tubuh yang pada gilirannya akan menuju pada kehidupan yang baik, mengikuti pola makan yang semestinya, dan kesenangan berolah raga. Nasma kemudian menyokong dan memelihara jasad fisik yang sehat, yang di dalamnya sistem-sistem fisika dan kimiawi tetap seimbang dan berfungsi dengan normal, sehingga menjadikan kesehatan fisik yang berlangsung selamanya.

Dalam sistem yang sehat, enerji-enerji dalam masing-masing tubuh bukan saja tetap berada dalam keseimbangan, namun juga menyokong dan mempengaruhi keseimbangan enerji dalam tubuh orang lain. Nasma mampu mempengaruhi orang lain sebagaimana sebuah magnet mempengaruhi logam yang berada di dekatnya. Enerji dari sistem yang sehat jadinya dapat menyembuhkan diri dan menumbuhkan sendiri dalam hal ia memelihara kesehatan individu sementara menguatkan kesehatan mereka dalam auranya. Jadi, kesehatan yang baik menarik dan mengembangkan lebih banyak kesehatan yang baik.

Nasma tak hanya mampu mempengaruhi jasad fisik, namun juga mampu dipengaruhi oleh badan yang sakit dan menjadi lemah karena lemahnya organ-organ. Sebagai contoh, dalam tubuh yang lemah nasma memperlihatkan gejalanya dalam aspek-aspek mental dan fisik dari seseorang. Dalam hal mental, satu dari yang berikut ini akan muncul: neurosis, depresi, histeris, psikotis, epilepsi, mimpi buruk, dan insomnia. Bila keadaan buruk ini dibiarkan berlanjut tanpa pengobatan, nasma-nya menjadi demikian lemahnya sehingga ia menjadi tak memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dalam tubuh yang lemah tersebut. Pasien pada tahap ini biasanya menderita epilepsi, perilaku psikotik, atau perilaku yang agresif. Penyembuh spiritual dapat menguatkan organ-organ si pasien dan dengannya, nasma melalui kekuatan kemudi universal, menciptakan keadaan enerji tinggi di mana gejala-gejala penyakit menghilang.

Meditasi dan Titik Fokus Perlakuan

Dalam dunia spiritual, kesehatan yang baik memerlukan perjuangan yang intensif dari si pasien dan perubahan pribadi. Perubahan pribadi akan mengembangkan kesabaran, kepasrahan, rasa syukur, keceriaan, kesenangan, cinta kasih, berbagi, keberanian, perbuatan baik, pengenalan perbuatan baik, tradisi dan sopan santun akan meningkatkan rohani kita dan aliran enerjinya.

Kelebihan aktivitas bahkan dalam hal ini dan kurangnya pengawasan yang semestinya dan kasih sayang dari orang tua, atau dedikasi dari guru yang baik juga mungkin akan menyebabkan adanya beban yang amat berat pada pengertian seseorang. Atau, suatu kemacetan dalam kemajuan spiritual, mungkin akan menghambat pertumbuhan spiritual, dan hanya pembimbing yang memenuhi syaratlah yang dapat memecahkan rintangan seperti ini. Latihan semacam itu harus terus berlanjut hingga ia bisa mengembangkan sifat asli, perilaku positif dan aliran enerji yang sehat.

Tanpa perubahan pribadi dalam aliran enerji tubuh, seseorang kemudian menciptakan persoalan lain yang mengarah balik pada sumber penyebab penyakit awalnya. Jadi, menangani sumber penyakit merupakan titik fokus perlakuan. Pencarian ini merangsang bagian yang lebih dalam dari diri kita yang kadang-kadang dinamakan ‘diri yang lebih tinggi’ atau ‘Cahaya Ilahi’ di dalam diri kita. Keilahian yang terdapat dalam diri kita ini, bagian yang lebih dalam dari diri kita mengirimkan informasi kepada kita tentang jenis penyakit apa yang perlu diperlakukan dan jenis titik sentuh yang mana yang perlu di sentuh melalui meditasi kita. Meditasi merupakan alat yang dapat memberikan relaksasi yang mendalam, dan untuk menenangkan pikiran. Ini akan membantu untuk mengangkat stress dan karenanya menyebabkan sistem kimiawi dan hormonal dalam tubuh untuk dapat meraih kembali keseimbangannya.

Uji-uji medis telah menunjukkan bahwa terdapat perubahan-perubahan yang dapat terukur nyata dalam benda-benda yang sedang bermeditasi. Otak sendiri mengalami perubahan dalam bentuk gelombang elektrik yang terbentuk. Dengan menggunakan EEG, terdapat peningkatan pembangkitan gelombang alfa (a) dan kadang-kadang juga dalam jumlah gelombang tetta (q). Hal ini mengindikasikan suatu perubahan dalam kesadaran kedalam suatu keadaan tenang tak terganggu dalam kesadaran yang sedikit berbeda dengan tenang pada saat tidur. Keadaan seperti ini memiliki pengaruh menyembuhkan dan sangat menenangkan walau si pasien sepenuhnya sadar dan berfungsi.

Tubuh menunjukkan pengaruh-pengaruh meditasi dalam berbagai cara. Pola pernapasan melambat, begitu juga detak jantung, dan terdapat penurunan nyata dalam tingkat konsumsi oksigen dan eliminasi karbondioksida. Namun demikian, efek fisik dari meditasi berlangsung lebih lama dari pada lamanya meditasi itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa para penderita tekanan darah tinggi dan banyak penyakit lain, lewat meditasi saja telah membuat kemajuan klinis yang terukur di mana mereka telah mampu untuk menghentikan pengobatan. Hal ini dicatat dengan baik dalam buku-buku dan manuskrip-manuskrip penyembuhan spiritual.

Bagaimana Enerji Berhubungan dengan Penyakit

Para penyembuh spiritual melambangkan aliran kekuatan kemudi kehidupan dalam tubuh dan di alam semesta sebagai pusaran (vorteks) enerji yang terbuat dari sejumlah kerucut-kerucut spiral enerji yang berukuran lebih kecil. Dalam terminologi Islam, ini dikenal sebagai ‘lata’if’, yang berarti bentukan halus atau lapisan-lapisan. Lata’if (tunggal: latifa) adalah titik-titik masukan enerji maksimum dan merupakan titik-titik fokus keseimbangan yang amat penting di dalam sistem enerji. Penyakit muncul bila suatu latifa tak seimbang.

Lata’if dalam orang dewasa memiliki lapisan pelindung di atasnya. Dalam suatu sistem yang sehat, lata’if ini berputar dalam irama yang disesuaikan dengan yang lainnya, membuat enerji dari medan enerji universal ke dalam pusatnya untuk digunakan oleh tubuh. Masing-masing dari mereka distel ke suatu frekuensi khusus yang akan membantu tubuh agar tetap sehat. Namun, dalam sistem yang sakit, bundelan ini tak sesuai (sinkron). Enerji lata’if yang membangun bundelan-bundelan ini bisa cepat atau lambat, tiba-tiba atau tak seimbang di kedua sisinya. Adakalanya kerusakan dalam keseluruhan pola enerji dapat diamati di mana latifa kemungkinan berhenti atau terganggu baik sebagian maupun seluruhnya. Gangguan semacam ini berhubungan dengan kesalahan fungsi atau patologi jasad fisik di wilayah itu.

Menyembuhkan Melalui Meditasi dan Titik-Titik Fokus Lata’if

Rasa sakit dapat sepenuhnya disembuhkan dengan meditasi di mana dalam enerji yang tidur dari suatu tubuh yang sakit diaktifkan dengan sulutan spiritual yang dihasilkan oleh proses meditasi. Proses spiritual ini menggunakan tujuh titik fokus berbeda dalam tujuh lapisan, yakni lata’if.

Terdapat tujuh titik fokus dari lata’if. Mereka terletak di atas dan di bawah jantung, di atas dan di bawah payudara kiri, di atas dan di bawah payudara kanan, dan satu di kening. Setiap latifa memiliki warna enerji yang berbeda, dan setiap enerji memiliki efek yang berbeda pada suatu penyakit tertentu. Kedua titik fokus yang terletak di atas dan di bawah jantung berwarna hijau. Titik-titik di atas dan di bawah payudara kiri berwarna kuning, yang terletak di atas dan di bawah payudara kanan berwarna hitam, dan yang terletak di kening berwarna putih.

Melalui meditasi ketujuh titik fokus lata’if ini membangkitkan enerji. Kemudian, sebagaimana magnet, titik-titik fokus yang telah diaktifkan ini menarik enerji yang lebih banyak dari sumber enerji kosmik semesta dalam bentuk bola-bola cahaya kecil yang mengapung. Ukuran bola-bola tersebut tergantung pada latifa yang mana yang teraktifkan, karena terdapat perbedaan ukuran bola bagi setiap warna latifa yang berbeda. Tergantung pada penyakitnya, penyembuh mengaktifkan latifa yang diperlukan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Pada gilirannya, latifa itu akan menghasilkan lebih banyak warna enerji-nya yang dengan sendirinya menarik dari sumber enerji semesta lebih banyak dari warna yang sama. Hasil dari rantai umpan balik positif ini adalah berupa tumpahan bongkahan-bongkahan cahaya yang berkilau yang turun dari sumber enerji kosmik ke atas orang penyembuh tersebut.

Melalui luapan bola-bola enerji berwarna ini, penyembuh tersebut memiliki enerji hingga pada titik di mana dia memancarkan panas dari tubuhnya melalui tangannya dan memproyeksikan cahaya dari keningnya. Sebagaimana seorang ilmuwan menembakkan sinar laser, penyembuh spiritual itu mengeluarkan cahaya dan enerji yang dia terima dari kekuatan semesta. Penyembuh itu memijit daerah yang terserang dan kombinasi panas dari tangan dan cahaya dari kening ini dengan segera memulai proses penyembuhan.

Penyembuh itu juga mengharuskan agar si pasien duduk sendirian saja untuk beberapa jam setiap harinya dalam keadaan rileks total, mengulang beberapa ribu kali asma Allah dalam format khusus selama penyembuhan. Asma-asma suci ini bagaikan percikan enerji yang menyulut aliran lebih banyak dari sumber enerji semesta. Penyulutan ini juga mengaktifkan titik-titik fokus lata’if dan menyebabkan terbangkitnya panas dalam tubuh si pasien. Panas ini jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kekuatan yang luar biasa yang dipancarkan oleh penyembuhnya, namun cukup untuk menyebabkan si pasien berkeringat.

Pada saat ini, si pasien pergi kepada penyembuhnya yang memancarkan enerji yang lebih banyak seperti sebelumnya, melanjutkan penyembuhan si pasien. Sebagaimana bulan merefleksikan cahaya matahari ke bumi, begitu pulalah penyembuh itu merefleksikan enerji semesta melalui tubuhnya kepada si pasien. Hal ini menghasilkan keadaan panas yang luar biasa dan interaksi spiritual antara penyembuh itu dengan si pasien. Proses ini diulang selama beberapa hari atau bahkan minggu hingga si pasien sembuh.

Begitu dia sembuh, si pasien mulai mengalami efek psikologi dari interaksi sinergetis dinamis antara dirinya dengan si penyembuh. Dampak psikologis dari penyembuhan dan penghilangan rasa sakit ini menginduksi kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon-hormon yang menyeimbangkan keseluruhan sistem dan mulai menyembuhkan organ-organ yang sakit, mengangkat si pasien ke tingkat kesehatan dan spiritualitas yang lebih tinggi dari pada yang mungkin terjadi dalam kondisi berpenyakit, dan penuh rasa sakit yang terdahulu.
Sebagaimana pasien operasi dibius, demikian pula pasien spiritual mengalami keadaan mati rasa dimana si penyembuh spiritualnya dapat bekerja dengan leluasa menemukan cara yang sesuai untuk si pasien.

Kesimpulan

Penyakit pada tempat medan enerji manapun akan mengekspresikan dirinya dalam tingkat kesadaran khusus. Masing-masing ekspresi penyakit terwujud sebagai beberapa bentuk sakit, baik itu fisik, emosional, mental, atau spiritual. Amatlah penting bagi kita untuk menggali makna yang lebih dalam dari penyakit kita. Kita perlu bertanya, “Apakah makna penyakit dan rasa sakit ini bagi kita? Apa yang dapat kita pelajari darinya?”

Rasa sakit merupakan sabuk pengaman dalam tubuh sendiri yang merupakan mekanisme pertahanan diri yang menperingatkan kita pada situasi yang sesungguhnya. Rasa sakit itu bagai lonceng peringatan dalam sistem kita yang membawa perhatian kita kepada kenyataan bahwa ada sesuatu yang salah dan memaksa kita untuk melakukan sesuatu terhadapnya. Rasa sakit itu berbicara, “Kamu tidak mendengarkan dirimu sendiri.” Rasa sakit mengajari kita untuk memita pertolongan dan penyembuhan, dan karenanya merupakan kunci pendidikan jiwa dan fungsi rohani dan enerji tubuh.

Sebuah pendekatan komprehensif terhadap penghilangan rasa sakit dan kesehatan pada umumnya yang termasuk di dalamnya penyembuhan spiritual akan sangat membantu kemajuan pengobatan moderen. Sementara beberapa volume dapat dan telah ditulis tentang penyembuhan spiritual Islam, diharapkan pengenalan singkat ini akan membantu mengangkat masalah ini menjadi perhatian masyarakat medis dan merangsang tumbuhnya apresiasi dan pengertian yang lebih baik akan tradisi dan ilmu yang kaya ini.